Pasukan respons cepat Irak mengambil posisi di atap rumah ketika pasukan merencanakan langkah selanjutnya mereka di sepanjang garis depan antara timur dan barat Mosul.
Kadang-kadang militan dengan perahu kecil di seberang Sungai Tigris pada malam hari melancarkan serangan kejutan, mereka menembakkan bom mortir yang dapat menggentarkan seluruh lingkungan. Penempak jitu ISIS juga menjadi ancaman konstan. Mereka bersembunyti di sepanjang garis pohon dengan jarak sekitar 600 meter.
Dua malam lalu, pasukan Irak beruntung. Dengan teropong malam, mereka melihat 20 militan yang telah menyeberangi sungai dengan perahu kayu dan mulai merangkak menuju sebuah kamp militer kecil.
Pasukan respons cepat melepaskan tembakan dan menewaskan personel ISIS yang semua diidentifikasi sebagai pejuang asing.
Seorang tentara muda menunjukkan foto mayat para anggota ISIS berpakaian seragam militer yang dia ambil dengan kamera ponselnya.
“Mereka mencoba segala sesuatu yang mereka bisa,” kata Zhafir Azim, anggota dari unit respon cepat kepada Reuters. “Orang-orang ini memiliki semua jenis senjata. Granat tangan, senapan dan banyak amunisi.”
Pertempuran untuk merebut Mosul, kubu besar terakhir ISIS di Irak, sedang memasuki fase kritis. pasukan Irak telah mendapatkan kepercayaan diri dan momentum dengan mendorong melalui timur tapi bertempur di sisi lain sungai bisa menjadi lebih rumit.
Tank dan kendaraan lapis baja tidak bisa masuk melalui jalan-jalan sempit Mosul barat, yang menghilangkan keuntungan besar pasukan pemerintah.
Jatuhnya Mosul secara efektif diperkirakan akan menandai akhir dari ISIS yang memproklamirkan diri pada pada 2014 ketika hanya sekitar 800 militan menyapu ke kota terbesar kedua Irak yang hampir tidak ada oposisi militer Irak. Sedangkan kekalahan di Mosul akan menjadi pukulan telak.
Untuk saat ini, anggota tim respon cepat Irak tampaknya optimistis karena mereka menghadapi sekitar 50 militan yang diposisikan di seluruh Tigris.
Struktur putih besar yang digunakan oleh gerilyawan, yang terletak di tepi seberang sungai baru-baru ini telah rusak berat.
Unit respon cepat memiliki senjata superior seperti Humvee, tank, rudal, pesawat pengintai dikendalikan oleh komputer dalam van teknologi tinggi, dan dukungan dari serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat.
ISIS akan mengandalkan pada jumlah dan strategi untuk menyambut musuh yang siap menyeberang Tigris. “Setiap kali kita bisa melihat mereka kita menembak dengan tank atau mortir dan roket,” kata Mayor Luay Abbas.
Beberapa menit kemudian ledakan mortir terdengar di luar gedung tempat Abbas dan rekan-rekannya makan siang dengan nasi, saus tomat dan roti.
Di atap bangunan lain, pasukan Irak melepaskan tembakan dengan senapan mesin dan senapan sniper untuk mencegah militan menembaki sebuah keluarga yang melarikan diri. Sekitar 30 menit kemudian keluarga terlihat telah berjalan ke daerah aman.
“Biasanya ada dua penembak jitu yang menembaki kami setiap hari,” kata Sermaid Ali, salah satu rekan-rekannya siap untuk menembak lagi.
Di seberang sungai, orang-orang bisa melihat perahu dayung yang telah digunakan ISIS untuk melawan mereka.