Sebuah laporan terbaru dari Mitchell Institut Studi Aerospace, yang ditulis oleh Mayjen. Jeff Harrigian dan Kolonel Max Marosko dari Angkatan Udara AS, memberikan analisis yang tidak pernah ada sebelumnya.
Laporan ini merinci bagaimana pesawat generasi kelima AS akan membangun kemenangan dalam perang dengan China. Laporan ini dimulai dengan gambaran luas dari kemampuan pesawat generasi kelima dan peran mereka dalam pertempuran udara masa depan, dan diakhiri dengan hipotetis perang melawan musuh pada tahun 2016.
Dalam perang hipotesis laporan itu tidak menyebutkan nama negara tertentu dan hanya menyebutkan meningkatnya ketegangan di wilayah kunci di luar negeri.
Namun, lokasi yang disebutkan dalam skenario semua di Pasifik Barat hingga secara jelas mengarah ke China, yang memiliki radar canggih dan kemampuan rudal ang akan menjadi tantangan untuk struktur kekuatan Angkatan Udara AS.
Dalam skenario yang berlangsung 10 tahun di masa depan, diasumsikan bahwa semua tujuan dengan mengintegrasikan jet temur generasi kelima telah dicapai dan F-35 dan F-22 bekerja mulus untuk membantu pesawat lama melalui datalink.

Dalam pembukaan konflik, para pejabat Angkatan Udara mengatakan bahwa AS akan mengirim F-35 dan F-22 ke berbagai pangkalan di Pasifik, memanfaatkan jaringan yang luas pangkalan AS dan sekutu dengan beberapa pesawat tempur yang penting. Langkah tersebut menyangkal kemampuan China untuk mendaratkan “pukulan KO” karena biasanya jet US ditempatkan di pangkalan yang lebih besar yang akan ditargetkan China.
Selain itu pesawat generasi kelima AS dapat menemukan lapangan udara sendiri, tanpa bantuan dari pengendali lalu lintas udara, yang memungkinkan kekuatan akan lebih menyebar untuk menemukan daerah yang kurang menjadi target.
AS akan menghindari kekuatan udara massa besar dalam hal konflik dengan China. Selain itu, sekutu regional seperti Australia, yang juga menerbangkan F-35, dengan cepat dapat dimanfaatkan penerbang AS dalam keadaan darurat.
F-35 Amerika bisa mendarat di sebuah lapangan udara Australia dan menerima pemeliharaan sama seperti ketika mereka di pangkalan sendiri. Dengan unit kecil F-35 dan F-22, China akan berusaha untuk memanfaatkan kemampuan perang elektronik mengesankan mereka, tetapi para pejabat AS berpendapat bahwa generasi kelima akan mampu menghadapi itu.
“Jamming radar dan komunikasi dihadapi pasukan koalisi AS dan, tetapi pesawat generasi kelima menggunakan jaringan multi-sensor spektral maksimal mereka untuk mendeteksi dan pesawat musuh, sementara mendukung gambar operasi umum melalui link data dan arsitektur komunikasi,” tulis pejabat Angkatan Udara.
Instalasi militer China di Laut China Selatan membuat area besar yang mungkin bisa berubah menjadi zona identifikasi dan pertahanan udara.
NEXT: GENERASI KEEMPAT DATANG, PERANG SELESAI