Jepang pada Selasa 24 Januari 2017 meluncurkan satelit komunikasi militer pertama untuk meningkatkan kapasitas broadband Angkatan Pertahanan Diri saat mereka memperkuat rantai pulau yang membentang di sepanjang tepi selatan Laut China Timur.
Di bawah Perdana Menteri Shinzo Abe, militer beroperasi jauh dari pulau-pulau Jepang karena ingin mengambil peran yang lebih besar untuk melawan aktivitas militer China yang terus meningkat di wilayah itu.
“Satelit yang dibawa roket H-IIA lepas landas dari pelabuhan antariksa Tanegashima Jepang sekitar pukul 07.44 GMT dan berhasil memasuki orbit,” kata juru bicara Mitsubishi Heavy Industries, yang membangun peluncur sebagaimana dikutip Reuters.
Satelit adalah salah satu dari tiga satelit yang direncanakan akan diluncurkan. Satelit yang disebut X- akan meningkatkan kapasitas broadband hingga empat kali lipat, menyatukan jaringan komunikasi hingga memungkinkan komunikasi di seluruh wilayah.
Jepang dan China terkunci dalam sengketa teritorial di Laut China Timur terkait sekelompok pulau tak berpenghuni yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China. Kedua negara juga berselisih eksploitasi ladang gas di zona ekonomi eksklusif yang diklaim oleh keduanya.
Jepang, sekutu AS utama di Asia, khawatir bahwa kenaikan kegiatan militer China baru-baru ini adalah tanda itu untuk memperluas pengaruh militernya dari Laut China Selatan sebagai tantangan bagi dominasi maritim AS.
Dalam sembilan bulan dari April hingga Desember, Jepang mengirimkan jet tempur untuk melacak dan mengawal pesawat China yang mendekati wilayah udara Jepang hingga 644 kali, hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 373 kali.
Pada bulan Desember, kapal induk China Liaoning, disertai oleh beberapa kapal perang, berlayar melalui bagian antara pulau Barat Jepang Mikado dan Okinawa dan ke Pasifik yang disebut China sebagai latihan rutin.
Pelucnuran sukses Selasa menandai dimulainya kembali sukses dari sebuah program yang dihentikan tahun lalu karena kecelakaan memalukan.
Satelit pertama direncanakan akan dikirim ke ruang angkasa dari Europe’s Space port in French Guiana tetapi hancur selama penerbangan dari Jepang setelah terpal biru yang menutupi kotak transportasi yang ditutup katup untuk menyamakan tekanan udara internal pesawat jatuh. Kecelakaan itu merusak antena sensitive