
Tapi setelah pemecah sandi Amerika berhasil menguraikan perintah Jepang, Amerika memutuskan England dan dua temannya untuk bergerak di garis kapal selam Jepang yang sudah diketahui posisinya.
Pada 22 Mei malam, radar USS George mendeteksi RO-106 berlayar di permukaan, dan menerangi kapal selam dengan sorotnya. Kapal selam segera menyelam, tetapi mereka bergerak ke arah England yang menyambutnya dengan gempuran Hedgehog. England menembakkan tiga Hedgedhog yang mengakibatkan kapal selam RO-106 hancur berantakan. Pada tanggal 23 Mei, RO-104 menjadi korban ketiga England, diikuti oleh RO-116 pada 24 Mei.
Pada tanggal 26 Mei, sebuah satgas pemburu dan pembunuh kapal selam tiba yang berpusat pada pengawla kapal induk Hoggatt Bay, yang memungkinkan England dan dua pendampingnya untuk berangkat ke pelabuhan Manus untuk mengisi pasokan. Dalam perjalanan, England menenggelamkan RO-108.
Setelah mengambil logistik, kapal terus berlayar di jalur kapal selama Jepang. Pada 30 Mei pagi hari, kapal perusak Hazelwood, pengawal Hoggatt Bay, mendeteksi RO-105 pada radar. Sementara beberapa kapal Amerika memburu kapal selam tersebut, England diperintahkan untuk tetap di daerah patroli sendiri.
Selama hampir 24 jam, kapal-kapal AS lain memburu RO-105, yang sedang berlayar di bawah pimpinan Kapten Ryonosuka, yang sangat berpengalaman dari Angkatan Laut Jepang.
Williamson menawarkan bantuan untuk ikut menyerang kapal selam dengan meminta lokasi kapal Amerika. Tetapi mereka hanya dijawab “Kami tidak akan memberitahu Anda di mana kita berada. Kami mengejar kapal selam rusak dan kita akan tenggelam nya. Jangan mendekat ke kita. ”
Tiba-tiba kapal selam RO-105 muncul antara dua kapal Amerika kemudian tenggelam lagi. Mengabaikan perintah, Inggris menuju ke lokasi tersebut dan akhirnya membuat serangan sendiri. Setelah melakukan 21 serangan selama lebih dari 30 jam, RO-105 tenggelam oleh Hedgehog England.
Dua dari tujuh kapal selam di garis patroli Jepang sebelumnya telah kembali ke pelabuhan. Lima sisanya semua telah ditengggelamkan oleh England. Bahkan kru England pun sempat tidak percaya dengan keberhasilan ini.
Setelah RO-104 tenggelam, Williamson yang sedang dalam perjalanan ke wardroom kapal England untuk minum kopi ditanya oleh seorang pelaut muda tentang berapa banyak orang yang ada di kapal selam yang mereka tenggamkan dan bagaimana perasaannya tentang membunuh mereka.
Williamson menjawab bahwa ada 40 sampai 80 awak, dan perang adalah membunuh atau dibunuh. “Tapi, entah kenapa, ketika saya akhirnya mencapai wardroom, secangkir kopi itu menjadi tidak senikmat yang saya kira,” kenangnya.