Site icon

Latihan Pengiriman Cepat, Inggris Kirim 5 Tank ke Prancis Lewat Terowongan

Angkatan Darat Inggris  mengirimkan lima tank tempur utama Challenger 2 ke Prancis melalui  Terowongan Channel  dan kembali lagi ke Inggris.

Pengiriman ini dilakukan  sebagai upaya untuk menguji rel dan terowongan kereta api itu apakah mampu menahan kendaraan berat sebagai antisipasi jika harus dilakukan pengiriman cepat tank ke Eropa Timur jika terjadi  krisis dengan Rusia.

Lima kendaraan lapis baja dibawa dengan gerbong  menuju ke Prancis pada Rabu 18 Januari 2017 setelah tengah malam  sebagai bagian dari latihan logistik. Tank kembali ke Inggris beberapa jam kemudian.

Latihan dilakukan untuk  mencari cara-cara baru guna menyebarkan armor dari Inggris setelah menutup pangkalan di Jerman. Ketika pangkalan ditutup pada akhir dekade ini, Angkatan Darat harus mengerahkan kendaraan lapis baja dari Inggris jika mereka dibutuhkan oleh pasukan reaksi cepat NATO untuk meningkatkan pertahanan di Eropa Timur.

Angkatan Darat secara rutin menggelar latihan mengangkut tank di jaringan kereta api Eropa selama Perang Dingin, tapi kemampuan itu  telah hilang setelah  operasi fokus ke  Afghanistan dan Irak. Angkatan Darat masih menggunakan Channel Tunel untuk mengangkut kontainer dari persediaan dan peralatan, tetapi mereka tidak pernah mengangkut kendaraan lapis baja.

Terongan Chanel

Kementerian Pertahanan mengatakan Angkatan Darat juga dapat mengangkut tank dengan feri dan pesawat jika diperlukan.

Inggris sedang mempersiapkan untuk mengirim 800 tentara bersama dengan sejumlah  tank, kendaraan lapis baja dan pesawat ke Estonia  musim semi ini dalam upaya NATO untuk meyakinkan negara-negara Baltik dari agresi Rusia. Tank-tank akan melakukan perjalanan dari Jerman, tidak dari Inggris.

“Angkatan Darat berhasil melakukan latihan untuk menguji kelangsungan hidup menggunakan terowongan Channel untuk memindahkan kendaraan dan peralatan ke daratan Eropa, menambah  pilihan yang tersedia dan meningkatkan kelincahan Angkatan Bersenjata kami,” kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris sebagaimana dikutip Telegraph.

Exit mobile version