
Pada 31 Oktober 1986, Angkatan Udara mengumumkan Lockheed dan Northrop sebagai pemenang tahap awal program Advanced Tactical Fighter. Perjanjian antara Boeing, General Dynamics dan Lockheed menyerukan perusahaan pemenang untuk menjadi pemimpin tim, sehingga Lockheed mengambil peran itu. Tim yang menang diberi waktu empat tahun untuk menghasilkan prototipe.
Desain Lockheed pada tahap ini memiliki sebuah teluk senjata rotary besar yang mendorong mesin dan inlet lebih keluar, pada gilirannya menghasilkan daya yang berlebihan dari gelombang hambatan. Ini persis dengan apa yang terjadi pada F-35 Joint Strike Fighter dengan kipas angkat vertikal membuat pesawat terlalu lebar dan draggy. Kipas angkat vertikal adalah dosa awal dari desain F-35.
Angkatan Udara awalnya menginginkan delapan rudal bisa dibawa secara internal di dalam teluk senjata utama F-22 yang kemudian dikurangi menjadi enam ketika kedua tim desain menyimpulkan ini tidak bisa dilakukan secara efektif.
Tantangan dasar F-22 adalah untuk mengintegrasikan kemampuan siluman, supercruise, avionik dan kelincahan dalam pesawat dengan jangkauan yang lebih panjang dari F-15 Eagle yang akan digantikan. Pesawt ini juga memiliki dua kali keandalan F-15 dan setengah persyaratan dukungan.
Desain dari Lockheed dan Northrop memiliki sayap diamond-shaped dengan long root chord yang bergabung degnan sayap ke badan pesawat, menyediakan jalur beban lebih terdistribusi. Sayap besar juga memberika volume bahan bakar yang lebih banyak.
Namun pada Januari 1989, Angkatan Udara AS memutuskan hanya menyediakan biaya avionik F-22 sebesar US$ 9 juta per pesawat dalam produksi. Padahal Lockheed membuthkan lebih dari US$ 16 juta avionik di setiap pesawat.
Dengan demikian, IRST pun akhirnya ditinggalkan bersama sejumlah sistem lainnya, termasuk, radar pencari samping.
Kekuatan pemrosesan elektronik dan ketajaman optik telah meningkat dalam dekade terakhir sehingga biaya avionik relatif lebih murah. Tetapi entah kenapa teknologi IRST dan radar pencari samping tidak juga diinstal.
Sementara 27 tahun kemudian, pesaing utama F-22, yakni Su-35 Flanker-E Rusia telah memiliki inframerah-search-and-track dan radar cheek-mounted. Inilah kunci penting Su-35 untuk bisa mengalahkan Raptor.
Sumber: David Archibald / War is Boring