Sebuah roket SpaceX Falcon meluncur dari California pada Sabtu 14 Januari 2017 waktu setempat. Ini adalah peluncuran pertama setelah terjadi ledakan dahsyat pada roket yang terjadi di pad peluncuran pada September tahun lalu.
Roket sepanjang 70 meter itu diluncurkan dari Vandenberg Air Force Base pukul 09:54 waktu setempat dengan membawa 10 satelit milik Iridium Communications Inc ke orbit.
Pendiri SpaceX Elon Musk telah dilarang untuk menerbangkan roketnya sejak 1 September setelah ledakan besar menjelang tes pra-penerbangan di Florida.
Sekitar 10 menit setelah peluncuran Sabtu, roket tahap pertama yang memishakan diri dari pesawat berhasil mendarat di platform yang ada di Samudra Pasifik, sebuah prestasi yang sebelumnya dicapai empat roket Falcon lainnya. SpaceX bermaksud untuk menggunakan kembali roketnya untuk memotong biaya.
“Roket stabil,” tulis Musk di Twitter. “Misi terlihat baik.” Sementara dua penguat roket Falcon lainnya mendarat di tanah.
Misi dilaksanakan oleh Space Exploration Technologies Corp, yang dikenal sebagai SpaceX, sejak ledakan launchpad.
Peneliti kecelakaan menyimpulkan tabung helium meledak dalam tanki oksigen cair roket, memicu ledakan. Tabung itu sedang didesain ulang, tapi sampai saat itu SpaceX adalah menangani masalah ini dengan memodifikasi prosedur pengisian bahan bakarnya.
Ledakan itu menghancurkan sebuah SpaceX seharga US$62 juta dan satelit komunikasi buatan Israel seharga US$200 juga yang rencananya akan ditempatkan ke dalam orbit dua hari kemudian.
SpaceX bertujuan untuk meluncurkan 27 roket pada tahun 2017, lebih dari tiga kali lipat dibandingkan delapan penerbangan yang dikelola perusahaan swasta tersebut pada tahun 2016.
Baca juga: