Kebutuhan pesawat tempur baru di kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan tetap tinggi seiring memanasnya wilayah ini dengan sengekta territorial yang berpusat di Laut China Selatan yang akan mendorong berbagai Negara meningkatkan kekuatan pertahanannya.
Pada saat yang sama, sejumlah kekuatan udara regional juga menghadapi masalah dengan pesawat yang semakin usang dalam dekade berikutnya. Pesawat era Perang Dingin yang masih beroperasi di wilayah ini harus segera diganti.
Namun, ketidakpastian ekonomi akan mengganggu upaya tersebut. Sejumlah Negara juga dipaksa untuk memotong anggaran pertahanan mereka hingga menjadikan program pembelian jet tempur baru menjadi hal yang kerap dikalahkan.
Berikut Negara-negara di Asia yang sedang memiliki program meningkatkan kekuatan angkatan udaranya hingga akan menjadi pasar penting jet tempur.
1.Jepang
Jepang
Sekutu AS Jepang menghadapi krisis tempur potensial di tengah-tengah ketegangan dengan China. Angkatan Udara Jepang sebenarnya mengoperasikan salah satu armada tempur paling canggih di wilayah tersebut, dengan lebih dari 150 F-15J dan 60 Mitsubishi F-2.
Jepang tertarik untuk me-restart program produksi pesawat tempur dalam negeri, dan Mitsubishi Heavy Industries telah menerbangkan pesawatnya Advanced Technology Demonstrator-Eksperimental (ATD-X) untuk pertama kalinya pada bulan Februari 2016.
Pemerintah Jepang berencana untuk memutuskan pada tahun 2018 apakah ini akan menjadi dasar pembangunan jet tempur generasi keenam yang dibangun di dalam negeri atau mereka akan mencari mitra internasional untuk berkolaborasi.
Jepang juga telah memerintahkan 38 Lockheed-Martin F-35A Lightning II Joint Strike Fighters, dengan maksud untuk menggantikan F-4EJ Phantom II tua mulai tahun 2018.
Meskipun Jepang telah tidak menyebutkan berapa total F-35 yang akhirnya akan dibeli, kecepatan program tempur dalam negeri dan armada tempur yang menua dengan cepat menjadikan hampir pasti Jepang membutuhkan lebih banyak F-35.
2.Singapura
Singapura
Singapura adalah negara kecil di Asia Tenggara dengan posisi strategis di ujung selatan Selat Malaka, yang menjadi jalur perdagangan utama maritim. Negara ini merupakan mitra keamanan regional AS dan merupakan pendukung kuat dari kehadiran militer Amerika di kawasan itu. Amerika secara rutin mengirimkan sejumlah persenjataan canggih teramsuk Littoral Combat Ship.
Singapura juga terlibat dalam program F-35. Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen sebelumnya telah menggambarkan F-35 sebagai “pesawat yang cocok” untuk Angkatan Udara Republik Singapura, dan dilaporkan bahwa Singapura mungkin untuk memesan F-35B.
Namun, Ng juga mengatakan bahwa Singapura tidak terburu-buru untuk membeli F-35, mencatat bahwa 60 armada Lockheed-Martin F-16 dan 40 Boeing F-15SG masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pertahanan Singapura sampai 2030-an.
Diyaknini Singapore menunggu jatuh tempo Program F-35 sebelum mengambil keputusan, meskipun juga diketahui Singapura, memiliki hubungan pertahanan yang kuat dengan Israel yang mungkin akan mencari otonomi yang lebih besar untuk menyesuaikan F-35 mereka seperti yang dilakukan Israel.
3.Indonesia
Indonesia
Indonesia menjadi salah satu Negara di kawasan ini yang secara intensif memodernisasi angkatan bersenjatanya. Negara ini terus dalam proses menerima 24 F-16C / D Block 25 yang telah ditingkatkan menjadi standar Block 52.
Negara ini juga terus bernegosiasi dengan Rusia untuk pembelian 8-10 Su-35 Flanker-E. Negosiasi yang bertele-tele juga telah membuat para pesaing terus mencoba mengambil manfaat dengan menawarkan alternative pesawat lain. Lockheed-Martin dan Saab tertarik untuk memasarkan F-16 dan Gripen mereka.
Namun, dengan wilayah yang terdiri dari 13.000 pulau dan wilayah seluas 735.358 mil persegi, meski akhirnya memutuskan jet tempur Su-35, Indonesia tetap akan membutuhkan jet tempur tambahan untuk bisa mengcover seluruh wilayah.