Pertempuran terus terjadi di Libya. Pasukan yang bersekutu dengan pemerintah Libya Timur melakukan serangan udara terhadap pesawat angkut militer di pusat distrik Jufra melukai Ketua Dewan Militer kota Misrata yang merupakan lawan mereka, kata narasumber resmi.
Serangan dan bentrokan yang dimulai pada Senin memunculkan ketakutan akan eskalasi konflik di pusat area gurun Libya antara dua pangkalan militer utama di negara tersebut.
Ketegangan telah terjadidi area antara pangkalan di Timur yang dikuasai Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar dan pasukan yang terkait dengan kota pelabuhan Misrata di bagian barat, yang beberapa di antaranya mendukung pemerintah yang didukung PBB.
Kedua belah pihak berada dalam persekutuan militer berlawanan yang bertempur untuk mengendalikan Tripoli pada tahun 2014, menyebabkan Libya berada dalam dua pemerintahan yang bersitegang.
Pada Selasa 4 Januari 2016 LNA mengatakan salah satu jet tempurnya telah menyerang pesawat angkut militer C-130 yang diparkir di Jufra yang menurut nara sumber senior LNA pesawat itu mengantarkan senjata dan amunisi untuk pihak yang dipandang sebagai kelompok bersenjata yang bermarkas di sana.
LNA telah melakukan serangan sebelumnya melawan pasukan termasuk pejuang Islam yang dikatakan telah dimobilisasi untuk mencoba merebut kembali beberapa pelabuhan yang dikendalikan LNA melalui operasi “Bulan Sabit Minyak” di sepanjang pantai.
Namun seorang juru bicara angkatan udara di Misrata, Mohamed Gnounou mengatakan pesawat C-130 itu membawa delegasi yang berkunjung dari Misrata, membenarkan bahwa Ketua Dewan Militer di kota itu, Ibrahim Baitulmal, terluka. Satu orang tewas dalam serangan itu dan orang ketiga terluka, katanya menambahkan.
Gnounou mengatakan dia berbicara atas nama pasukan sekutu pemerintah GNA yang yang didukung PBB di Tripoli.
“Kami, ruang operasi darurat Angkatan Udara GNA menganggap ini tindakan kriminal. Namun, demi kepentingan rakyat Libya, kami akan merespon dengan bijaksana,” katanya kepada Reuters.
Didukung oleh keuntungan militer di Benghazi dan dengan keberhasilan merebut pelabuhan minyak, LNA telah bergerak ke arah Barat, menjanjikan untuk merebut kembali Tripoli dari kelompok bersenjata yang dikatakan mengendalikan ibu kota dan GNA.
Tokoh politik dan komandan militer dari Misrata telah secara luas disukai GNA, sementara Haftar dan sekutu-sekutunya telah menolak untuk mendukungnya.
Pejuang Misrata menyelesaikan kampanye untuk menggulingkan Negara Islam dari bekas benteng pertahanan mereka di Sirte bulan lalu, dan komandan dari kota, termasuk Baitulmal, telah mengatakan mereka akan menolak dengan kekuatan utama jika Haftar mencoba maju ke Libya Barat.