Bayangkan jika tiba-tiba ada senjata baru datan dan memiliki kecepatan enam kali lebih tinggi dibandingkan senjata sebelumnya? Hampir bisa dipastikan senjata itu akan mengubah seluruh medan pertempuran dan lawan akan bergegas untuk menyebarkan upaya baru untuk melawan senjata tersebut.
Uni Soviet telah membuat perang bawah air berubah drastic. Selama Perang Dingin, Uni Soviet memiliki ketergantungan pada armada kapal selam untuk memupus keunggulan Angkatan Laut Amerika.
US Navy tidak hanya bertugas untuk membantu melindungi aliran bala bantuan ke Eropa ketika terjadi Perang Dunia III, juga mengancam Uni Soviet secara langsung dan akan memburu dan menenggelmkan kapal selam rudal balistik mereka.
Salah satu senjata bawah air paling inovatif yang dikembangkan oleh Uni Soviet adalah supercavitating torpedo VA-111 Shkval ( “Squall”). Shkval sangat rahasia dan hampir tidak dikenal sebelum akhir Perang Dingin. Senjata ini dan hanya menjadi pengetahuan umum hingga pertengahan 1990-an.
Didukung oleh mesin roket, torpedo mampu kecepatan menakjubkan hingga 200 knot per jam. Di dunia fisika kapal dan senjata bawah air hanya akan bisa berjalan paling cepat 50 knot, lalu bagaimana insinyur Rusia mencapai terobosan lua biasa dalam kecepatan ini?
Secara tradisional, torpedo menggunakan baling-baling atau pumpjets untuk propulsi. Shkval, berbeda karena menggunakan mesin roket. Teknologi ini saja sudah cukup untuk membuatnya cepat, tetapi perjalanan melalui air menghadapi masalah utama yakni hambatan air. Solusinya adalah menyingkirkan air dari jalur torpedo. Tapi bagaimana bisa melakukan hal itu di tengah lautan? Solusinya adalah menguapkan air cair menjadi gas.
Shkval memecahkan masalah ini dengan mengalihkan knalpot roket panas keluar dari hidung, yang mengakibatkan air di depannya menjadi uap. Pada akhirnya torpedo bergerak maju sambil menguapkan air di depannya, menciptakan gelembung gas tipis. Hal ini akan menjadikan torpedo tidak memiliki hambatan besar hingga bisa bergerak dengan kecepatan hingga 200 knot. Proses ini dikenal sebagai superkavitasi.
Hal ini memunculkan masalah rumit pada maneuver karena ketika berubah arah akan keluar dari gelembung gas. Versi awal dari Shkval juga memiliki sistem bimbingan yang sangat primitif, dan serangan harus dilakukan dalam arah lurus.
Mengingat hulu ledak akan nuklir, yang mungkin akan cukup baik untuk menghancurkan target. Sudah jelas Uni Soviet percaya kecepatan torpedo lebih penting daripada kemampuan manuver.
Shkval awalnya dirancang pada tahun 1960 sebagai sarana cepat menyerang kapal selam rudal nuklir NATO. Torpedo memiliki ukuran standar diameter torpedo 533-milimeter dan membawa hulu ledak 460 pon. Senjata ini memiliki jangkauan maksimum 7.500 kilometer. Shkval mulai produksi massal pada tahun 1978 dan memasuki layanan dengan Angkatan Laut Soviet tahun itu juga.
Tetapi seperti semua senjata, Skhval memiliki kelemahan. Pertama , gelembung gas dan mesin roket sangat bising. Setiap kapal selam yang meluncurkan torpedo supercavitating akan langsung memberikan posisinya ke lawan.
Hal ini akan sangat berbahaya bagi kapal selam karena musuh bisa segera meluncurkan senjata sebanyak-banyaknya untuk menghancurkannya.
Kelemahan lain torpedo supercavitating memiliki ketidakmampuan untuk menggunakan sistem bimbingan tradisional. Gelembung gas dan roket mesin menghasilkan kebisingan yang menjadikan system bimbingan sonar aktif dan pasif akan sulit digunakan.
Versi awal dari Shkval itu menjadi torpedo terarah, dengan mengorbankan bimbingan dengan kecepatan. Sebuah versi yang lebih baru dari torpedo menggunakan metode gabungan yakni menggunakan superkavitasi untuk berlari ke daerah sasaran, kemudian melambat untuk mencari target.
Next: Rusia Tetap Satu-Satunya Pemilik
Apakah ada masa depan untuk torpedo supercavitating? Amerika Serikat telah bekerja untuk membangun senjata semacam itu sejak tahun 1997, tetapi tampaknya tidak ada hasil.
Angkatan Laut Amerika saat juga sedang dalam proses upgrade torpedo Mark 48 untuk layanan ke masa mendatang. Persyaratan Angkatan Laut meminta torpedo yang jauh lebih unggul dari Shkval ini, termasuk turning, identifying, dan homing target.
Kapal selam Rusia menjadi satu-satunya kapal selam di dunia yang dilengkapi dengan supercavitating torpedo. Versi modern dari Shval dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional. industri Rusia juga menawarkan versi ekspor, Shkval E. Iran mengklaim memiliki torpedo supercavitating yang disebut Hoot dan diperkirakan sebagai reverse-engineered dari Shkval.
Pada tahun 2004, kontraktor pertahanan Jerman Diehl-BGT mengumumkan telah membangun torpedo demonstrator yang dikenal sebagai Barracuda. Senjata ini diharapkan bisa melesat dengan kecepatan hingga 194 knot.
Barracuda dimaksudkan untuk diluncurkan dari kapal selam dan kapal permukaan, dan model uji dapat melakukan perjalanan lurus dan melengkung. Namun, program ini tampaknya tidak pernah diterjemahkan menjadi senjata nyata.
Meski sebuah senjata yang bising, tetapi Shkval telah menghancurkan paradigma perang bawah air.Dengan kecepatan 200 knot, torpedo ini tetaplah senjata dengan kemampuan yang sangat menarik. Dan karena persaingan angkatan laut memanas di Atlantik dan Pasifik, kita dapat melihat lebih banyak angkatan laut mengadopsi desain supercavitating dan menyesuaikan sesuai taktik bawah air mereka. Perang bawah gelombang pun menjadi semakin berbahaya dan mematikan.
Baca juga:
https://www.jejaktapak.com/2016/11/05/6-torpedo-ini-paling-mengancam-kapal-selam/