Setelah serangan pasar Natal Berlin, survei menunjukkan kebanyakan orang Jerman mendukung operasi diperluas dalam memerangi ISIS. Selama ini Jerman hanya melakukan misi pengintaian di perang tersebut tanpa menjatuhkan senjata.
Bundeswehr telah hampir 700 misi penerbangan pengintaian di Suriah dan Irak sekama 2016 sebagai bagian dari kontribusinya terhadap koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Dimulai awal tahun lalu, Jerman telah mendukung serangan udara koalisi dengan mengoperasikan enam jet pengintaian Tornado dan pesawat tanker.
Angka-angka baru menunjukkan Tornado terbang 692 misi pengintaian dan tanker terbang 315. Seluruh pesawat terbang 3.651 jam dari Incirlik Air Base di Turki.
Tentara Bundeswehr juga dilatih pejuang Peshmerga Kurdi di Irak utara dan memasok mereka dengan senjata. Jerman juga menyediakan peralatan ke negara-negara seperti Yordania, Tunisia, Mali, Niger dan Nigeria.
Jumlah penerbangan ini cukup bagus untuk jet tua yang sempat digrounded pada Oktober karena sekrup longgar di kokpit serta pemberhentian operasi sementara selama kudeta gagal di Turki.
Pada bulan November, Departemen Pertahanan Jerman mengatakan sedang mempertimbangkan memindahkan kekuatan mereka dari Turki ke Yordania, Kuwait atau Siprus, atas permintaan Bundestag.
Anggota parlemen Jerman telah berulang kali dicegah dari mengunjungi Incirlik setelah menyatakan pembunuhan massal warga Armenia di awal abad 20 oleh Turki dinyatakan sebagai genosida.
Setelah serangan pekan lalu di Berlin, kebanyakan warga Jerman mendukung partisipasi yang lebih besar dari Jerman dalam perang melawan ISIS.
Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga riset opini YouGov yang dikutip DPA News Agency menyebutkan sekitar 53 persen responden mengatakan Jerman harus lebih terlibat, dengan hanya 30 persen menentang.
Tapi hanya 33 persen mendukung angkatan bersenjata Jerman benar-benar menjatuhkan bom ke posisi ISIS di Suriah dan Irak. Sekitar 48 persen menentang itu.
Pada bulan September, aktivis perdamaian menuntut bahwa Jerman mengakhiri operasinya di Incirlik dengan mengatakan intervensi militer di Afghanistan dan Irak pimpinan Amerika Serikat menunjukkan bahwa perdamaian tidak dapat dicapai melalui pemboman.
“Militer adalah bagian dari masalah, bukan solusi untuk masalah ini,” kata Susanne Grabenhorst, ketua Dokter Internasional untuk Pencegahan Perang Nuklir.
Baca juga:
Flanker Rusia Secara Teratur Bayangi Tornado Jerman di Suriah