China akan mengembalikan sebuah drone bawah laut AS yang ditangkap sebuah kapal angkatan laut minggu ini di Laut China Selatan. Hal itu disampaikan kedua negara pada Minggu 18 Desember 2016.
Presiden Terpilih Amerika Serikat Donal Trump tetap ngotot menuduh China mencurinya dan dengan angkuhnya mengatakan alat itu tidak perlu dikembalikan.
Drone itu, yang dikenal sebagai UUV atau Unmanned Underwater Vehicle (Kendaraan bawah air tak berawak), ditemukan pada Kamis, sitaan pertama sejenis yang terjadi belakangan ini. Pihak Pentagon mengeluarkan komentar setelah langkah itu dan mengatakan pada Sabtu mereka telah menyepakati perjanjian untuk mendapatkan drone itu kembali.
“Melalui hubungan langsung dengan pihak berwenang China, kami telah mengamankan sebuah pengertian bahwa China akan mengembalikan UUV ke Amerika Serikat,” juru bicara Pentagon Peter Cook mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Drone itu, yang Pentagon sebut beroperasi sesuai hukum, diluncurkan untuk mengumpulkan data terkait kadar garam, suhu dan kejernihan air di sekitar 50 mil laut ke arah barat laut Subic Bay, Filipina.
Alat itu disita saat USNS Bowditch hendak akan menariknya, para pejabat AS mengatakan.
Kementerian Pertahanan China mengatakan sebuah kapal angkatan laut China menemukan satu “alat tak dikenal” dan memeriksanya untuk mencegah adanya isu-isu keamanan navigasional sebelum mengetahui bahwa benda itu merupakan drone milik AS.
“China memutuskan untuk mengembalikannya ke AS dengan cara yang sepantasnya, dan China serta AS telah berkomunikasi terkaitnya,” pihak kementerian mengatakan dalam situs resminya.
China juga mengeluhkan sikap Amerika yang membesar-besarkan kejadian ini. Hal ini merujuk pada sikap Donald Trump.
Presiden terpilih AS berkomentar terhadap kasus drone itu dengan sejumlah postingan di akun Twitternya yang provokatif, menuduh Beijing mencuri peralatan itu. “Simpanlah!” Donald Trump, yang akan mulai menjabat pada 20 Januari itu
“China mencuri drone penelitian Angkatan Laut AS di perairan internasional, mengeluarkannya dari air dan membawanya ke China dalam hal yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata dia.
Setelah China mengatakan bahwa mereka akan mengembalikan drone itu, Jason Miller, seorang juru bicara Trump, menyebarkan sebuah link berita yang mengatakan :@realdonaldtrump menyelesaikannya”.
Meskipun demikian, tidak ada bukti bahwa Trump memiliki peran. Para pejabat AS mengatakan negosiasinya dilakukan di Beijing saat waktu malam di AS. Miller tidak menanggapi permintaan komentar.
Beberapa jam kemudian, Trump menuliskan komentarnya yang kedua. “Kami harus mengatakan kepada China bahwa kami tidak menginginkan kembali drone yang mereka curi, biar mereka simpan!” ujarnya.
Trump sebelumnya telah mengancam untuk menyebut China sebagai sebuah manipulator mata uang dan memaksakan perubahan dalam kebijakan perdagangan AS-China, yang dia sebut sebagai pencurian terbesar lapangan pekerjaan Amerika dalam sejarah.
Trump juga telah menanyakan tentang bagian yang paling sensitif dalam hubungan antara AS dengan China, terkait apakah Washington akan tetap dalam kebijakannya yang memandang Taiwan merupakan bagian dari “satu China”.
Setelah kemenangannya dalam pemilu November lalu, Trump menerima ucapan selamat dari Presiden Taiwan Tsai Ing Wen, yang memicu China mengeluarkan sebuah protes diplomatis.