Penyitaan sembilan kendaraan angkut personel lapis milik Singapura di Hong Kong diyakini telah meningkatkan ketegangan hubungan Negara tersebut dengan China. Tetapi Singapura diyakini tidak akan menyerah dengan tekanan Beijing tentang hubungan militer mereka dengan Taiwan. Sesuatu yang tidak disukai oleh China.
Para pejabat Singapura, pensiunan perwira militer dan analis menekankan tidak akan mudah menyerah pada apa yang dilihatnya sebagai intimidasi terhadap kepentingan nasional.
Ada tiga alasan kenapa Singapura akan bersikap keras dalam melawan tekanan China yakni Taiwan, Laut China Selatan dan hubungannya mendalam dengan Pentagon. Tiga hal ini mencerminkan posisi Singapura selama beberapa dekade sebagai negara pulau kecil yang berusaha untuk mengamankan dirinya dalam wilayah yang sekarang menjalani pergeseran strategis bersejarah di tengah kebangkitan China.
Tetapi pergeseran ini berarti tekanan yang semakin intensif dan risiko Singapura yang terisolasi sebagai tetangga termasuk Filipina, sekutu AS, dan Malaysia akan menjadi pertimbangan Beijing.
“Singapura tidak akan diganggu dan dilindungi dinding,” kata Tim Huxley, seorang ahli militer Singapura di International Institute for Strategic Studies. “[Ini] akan menjadi dasar mengambil sikap pada isu-isu yang dilihatnya sebagai penting . Dan pentingnya masalah yang dihadapi tidak boleh dianggap remeh”
Bea Cukai Hong Kong pekan lalu menyita sembilan kendaran personel lapis baja yang yang dikirim dari Taiwan ke Singapura setelah latihan militer,mendorong peringatan dari Beijing tentang perlunya menjaga hubungan dengan pulau yang dianggap sebagai bagian dari China tersebut.
Sengketa ini telah meletus pada masa di mana Singapura menghadapi kerentanan dengan perlambatan ekonomi dan pertanyaan atas kebijakan perdagangan dan keamanan Presiden Amerika yang baru Donald Trump.
Singapura telah meningkatkan hubungan keamanan lama dengan Washington selama 18 bulan terakhir, dan sekarang telah menjadi rumah dari penyebaran kapal perang dan pesawat pengintai P-8 AS yang sumber militer regional mengatakan secara rutin mengawasi kapal selam China.
Meskipun secara formal bukan mitra aliansi AS, sejumlah pihak mengatakan Singapura menjadi Negara paling penting dalam hal kepentingan militer Amerika Serikat di Asia Tenggara, terlebih setelah hubungan yang merenggang dengan Filipina setelah Rodrigo Duterte terpilih sebagai presiden.
Pergeseran ini tentu diketahui Beijing. “Singapura telah melangkah dari yang dilihat sebagai fasilitator berguna hubungan AS-China menjadi pihak yang berada di garda depan koalisi anti-China, khususnya di Laut China Selatan,” kata Zhang Baohui, seorang sarjana keamanan daratan Universitas Lingnan Hong Kong. “Hari-hari di mana Beijing melihat nyaman Singapura yang netral mulai samar-samar.”
China akan menemukan Singapura sulit untuk diganggu dibandingkan negara-negara lain di orbitnya, namun, karena kurang terikat dengan keamanan China atau tekanan ekonomi dan hubungan keamanan internasional, termasuk dengan Amerika Serikat, katanya.
“China akan menemukan Singapura menantang dan mampu menahan tekanan, namun Singapura akan menemukan dirinya kehilangan pengaruh dan lebih terisolasi di Asia Tenggara,” kata Zhang sebagaimana dilansir Reuters Jumat 2 Desember 2016.
Baca juga:
Indonesia Mau Ambil Alih Kontrol Udara dari Singapura? Sulit!