Bintang Pamungkas, Berjuang Melahirkan Reformasi, Ditangkap di Era Reformasi

Bintang Pamungkas, Berjuang Melahirkan Reformasi, Ditangkap di Era Reformasi

Dari beberapa nama yang ditangkap karena dugaan hendak melakukan makar, nama Sri Bintang Pamungkas menjadi yang paling menarik. Ini adalah tokoh yang ditangkap dua kali oleh dua rezim yang berbeda di era yang berbeda dengan tuduhan sama, subversif.

Dia ditangkap pada era Soeharto sekitar  tahun 1997. Era yang dianggap sebagai masa represif, tetapi nasib yang sama dialami 19 tahun setelahnya, di era yang disebut reformasi di mana dia adalah salah satu tokoh penting yang berjuang untuk mengakhiri era Orde Baru.

Bagi aktivis muda sekarang ini, nama Sri Bintang Pamungkas mungkin tidak terlalu moncer. Tetapi silahkan Tanya para aktivis mahasiswa era 1990an. Nama Bintang Pamungkas adalah symbol perlawanan, setiap orasinya menggetarkan jiwa anak muda yang menginginkan perubahan.

Bintang Pamungkas menjadi satu dari segelintir orang yang secara terang-terangan berani menantang kekuasaan Soeharto. Dua tokoh lain yang berani berdiri di posisi yang sama adalah almarhum Gus Dur dan Amien Rais.

Tiga nama ini menjadi penyemai bibit-bibit semangat reformasi. Bedanya, jika Gus Dur dan Amien Rais tidak ditangkap dan dipenjara, Sri Bintang Pamungkas harus merasakan jeruji besi.

Bintang Pamungkas membuat gebrakan mengejutkan  pada  11 Oktober 1996 ketika berorasi di gedung Indonesia Petroleum Club, Jakarta. Bintang saat itu menantang Soeharto untuk berani menggelar pemilihan presiden secara langsung.

Dia  kecewa pada pemilihan presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dimonopoli oleh Soeharto selama puluhan tahun.  Bahkan dia mendeklarasikan diri sebagai calon presiden jika dilakukan dengan pemilihan langsung bersama Julius Usman.

Ribuan poster bergambar dirinya dan calon wakil presiden sekaligus karibnya, Julius Usman, dibagikan ke pengunjung yang memadati ruangan. “Kami berjanji tidak akan menjabat lebih dari dua periode,” bunyi tulisan di poster itu

Padahal tahun 1995, Bintang Pamungkas pernah didakwa melakukan  penghinaan presiden akibat tudingan peristiwa demontrasi menentang Soeharto di Dresden, Jerman, pada tahun 1995. Tetapi dia tidak gntar. “Saya ingin menggangu Soeharto. Ingin Soeharto jatuh. Ganyang Soeharto!” ucapnya sebagaimana ditulis CNN Indonesia.

Awal tahun 1997, setelah memproklamirkan dirinya sebagai calon presiden untuk pemilihan umum pada tahun 1998, Bintang menyebar selebaran yang diselipkan dalam kartu lebaran. Isinya, menggemparkan jagad politik Indonesia.

Selebaran itu berisi  menolak Pemilu tahun 1997. Menolak Soeharto jadi presiden kembali. Dan  , mengubah Undang-Undang Dasar 1945. Tiga hal yang jelas-jelas sangat sakral untuk diganggu gugat pada saat itu.

Kartu lebaran cum selebaran agenda politik Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI) disebar ke seluruh anggota DPR dan MPR. Kebanyakan dari mereka terhenyak. Dan tentu saja Soeharto murka besar. Sri Bintang dihantam tuduhan subversive.

Doktor teknik industri Universitas Iowa, Amerika Serikat ini, sekitar bulan Maret 1997,  diminta bertemu dengan para intelijen Kejaksaan Agung. Mulanya, hanya ajakan untuk makan dan bersilaturahmi. “Ternyata saya diinterogasi. Waktu mau pulang, saya ditahan, diancam tidak boleh pulang,” katanya.

Bintang pun dijebloskan ke Rumah Tahanan Kejaksaan Agung. Dua bulan lamanya pria yang saat itu berusia 51 tahun ini mendekam di rutan Korps Adhyaksa. Selanjutnya, Bintang dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur.

“Saya ada di sel nomor 8, LP Cipinang. Saya sekamar dengan pembunuh. Kamar sederetan saya juga isinya pembunuh,” cerita Bintang kepada CNN.

Berhari-hari ia mendekam di dalam sel. Secara berkala, penyidik Kejaksaan memeriksa dan mendesaknya untuk mengakui tuduhan.

Kendati meringkuk di sel selama satu tahun 20 hari sejak bulan Mei 1997, perlawanan tak berhenti. Sang istri menggantikan dirinya berorasi di depan public.

Keadaan saat itu mencekam. Setidaknya enam mahasiswa Trisakti dibunuh aparat saat berdemonstrasi pada tanggal 12 Mei 1998. Beberapa hari selanjutnya, reaksi amarah berlarut dan menyeruak dari berbagai elemen.”Istri saya yang pertama kali berani bilang ‘Ganyang Soeharto’ sewaktu berorasi,” katanya, mengenang hiruk pikuk peristiwa penggulingan Soeharto pada pertengahan Mei 1998.

Soeharto mundur pada tanggal 21 Mei 1998 dan besoknya mengangkat Habibie jadi presiden.  Bintang Pamungkas segera meminta istrinya menyerahkan surat ke Menteri Kehakiman Muladi untuk membebaskan tahanan. Dan upayanya berhasil

Presiden yang baru, Habibie, segera meneken Keputusan Presiden yang memberikan abolisi atau penghentian perkara kepada Bintang atas tuduhan subversi. Bintang pun dilepaskan dari LP Cipinang, pada Selasa tanggal 26 mei 1998, pukul 03.00 WIB.

Setelah era reformasi bergulir dan apa yang diperjuangkan berhasil, Bintang Pamungkas tidak banyak muncul. PUDI yang didirikannya juga tidak mendapat dukungan suara. Tetapi sosok ini memang dikenal keras mengkritik pemerintahan sekarang yang dinilai terlalu memihak asing.

Dan kini namanya muncul kembali dan dengan tudingan yang sama. Dia diduga melakukan makar bersama dengan sejumlah tokoh. Bedanya dia ditangkap di era reformasi yang dia perjuangkan dengan gigih ketika hampir semua orang saat itu tidak berani buka suara.