
Kompleks industri militer Rusia mempekerjakan ratusan ribu orang dengan pembeli terbesar meliputi India, China , Vietnam, Iran, Venezuela, Aljazair dan Uni Emirat Arab. Lonjakan ekspor senjata sangat signifikan bagi perekonomian Rusia yang menyusut karena merosotnya harga minyak dan sanksi barat.
“Secara finansial, hal ini menjadi [sumber pendapatan Kremlin] kedua setelah minyak dan gas,” kata ahli pertahanan Ruslan Pukhov dalam sebuah wawancara.
Bloomberg melaporkan pada pertengahan November Rusia memperoleh hampir US$42 miliar dari pajak energi dari Januari hingga Oktober,
Kompleks industri militer Rusia berpusat pada Rostec, perusahaan raksasa milik Negara yang mencakup puluhan anak perusahaan dan dipimpin oleh Sergei Chemezov, seorang mantan insinyur yang bekerja di Jerman Timur pada tahun 1980 dan merupakan teman dekat Putin ketika menjadi seorang perwira KGB pada saat itu.
Kampanye Suriah telah membantu Moscow menarik minat dari pelanggan lain di Timur Tengah, di mana permintaan untuk senjata meningkat setelah “Arab Spring “. Delegasi dari Mesir, Irak dan Libya mengunjungi Rusia tahun ini untuk mencari senjata.
“Hukum federal Rusia menyatakan bahwa penguatan posisi militer dan politik luar negeri adalah tujuan utama dari kerjasama industri militer Rusia,” kata Nikolay Kozhanov, ahli Timur Tengah yang berbasis di St Petersburg, menulis dalam sebuah analisis untuk Chatham House, think tank London pada Juli lalu. “Rusia tidak diragukan lagi akan menggunakan ekspor senjatanya untuk mencoba mempengaruhi keseimbangan kekuatan di Timur Tengah.”
Baca juga:
https://www.jejaktapak.com/2016/06/11/hal-hal-aneh-di-kokpit-su-34-rusia/