Media pemerintah China melaporkan kapal induk pertama milik mereka, Liaoning telah siap untuk melakukan misi pertempuran. Hal ini berbeda dengan perkiraan banyak orang bahwa kapal induk yang dibeli dari Ukraina itu hanya digunakan untuk pelatihan sebelum mereka memiliki kapal induk yang dibangun sendiri.
Global Times yang dikelola oleh negara mengutip peryataan Li Dongyou, komisaris politik Liaoning melaporkan Selasa 15 November 2016 kapal induk Liaoning secara resmi telah digambarkan memiliki kapasitas tempur yang nyata.
“Sebagai kekuatan militer, kami selalu siap untuk perang dan kapasitas tempur kami juga perlu diuji oleh perang . Pada saat ini, kami akan melakukan yang terbaik untuk mempromosikan kekuatan kita dan menggunakannya untuk mencegah perang, dan siap untuk pertarungan yang sebenarnya setiap saat,” kata Li.
Kapal dengan berat 60.000 ton itu dibeli dari Ukraina pada tahun 1998. Kapal itu dibangun era Soviet tetapi belum selesai sebelum kemudian perang dingin selesai seiring runtuhnya Uni Soviet.
Kapal kemudian dibangun oleh China dan secara resmi ditugaskan pada tahun 2012. Beijing juga dalam proses membangun kapal induk buatan dalam negeri pertama yang akan bisa membawa 10 helikopter termasuk Harbin Z-9, Changshe Z-18 dan Ka-31 bersama 24 jet tempur multi peran Shenyang J-15.
Tiga perwira senior militer AS, Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana Jonathan W. Greenert, Admiral John M. Richardson dan Menteri Pertahanan Chuck Hagel, pada masa lalu pernah mengunjungi Liaoning di masa lalu.
Menurut China Power, blog milik Pusat Studi Strategis dan Internasional mengatakan “Meskipun kemampuan keseluruhan terhalang oleh pembangkit daya yang relatif tidak efisien dan sistem pesawat pendaratan pesawat yang kurang maksimal, Liaoning merupakan langkah penting dalam memajukan kemampuan China untuk memproyeksikan kekuatan angkatan laut.
Sejauh ini Beijing belum mengumumkan rencana misi tempur yang akan diemban Liaoning, tetapi sejumlah pihak mengatakan kapal ini akan digunakan untuk meningkatkan kekuatan mereka di Laut China Selatan di mana Beijing mengklaim sebagian besar wilayah tersebut hingga memunculkan ketegangan dengan sejumlah pihak.
Amerika Serikat secara terbuka menentang klaim tersebut dan telah mengirimkan kapal perang, termasuk kapal induk untuk melakukan patroli kebebasan navigasi di wialah itu. Hal ini menjadikan beberapa kali terjadi pertemuan jarak dekat antara kedua kekuatan dan memunculkan ketegangan yang semakin tinggi.
Baca juga: