Hanya dalam waktu 2,5 tahun setelah menjadi bagian dari Rusia, Crimea telah menjadi rumah bagi sejumlah senjata mematikan. Wilayah ini kini bisa melindungi semua ancaman yang datang ke Semenanjung Laut Hitam.
Surat kabar Rusia Rossiiskaya Gazeta menulis Crimea baru-baru ini menerima sistem pertahanan pesisir mobile Bal dan Bastion. Sebelumnya kapal selam nukllir Novorossiisk dan Rostov-on-Don, S-300, S-400, BukM2 dan sistem pertahanan udara Pantsir-S1 juga telah dikerahkan ke wilayah tersebut.
Bal
Sistem rudal anti-kapal Bal dirancang untuk mengontrol wilayah perairan dan melindungi pangkalan angkatan laut, fasilitas dan infrastruktur pantai lainnya. Sistem ini diadopsi militer Rusia sejak 2008.
Sistem ini terdiri dari dua self propelled komando dan kontrol komunikasi, hingga empat self-propelled peluncur, rudal Kh-35 / Kh-35E dan Kh-35U / Kh-35UE dalam wadah transporter peluncur dan empat unit transportasi-erector yang dirancang untuk mempersiapkan peluncuran sekunder kurang dari tiga detik setelah tembakan awal.
Jarak efektif rudal Kh-35 adalah 120 kilometer dan 260 kilometer untuk Kh-35U.
Bastion

Bastion adalah sistem rudal permukaan ke kapal mobile yang oleh NATO disebut sebagai SSC-5 Stooge. Pembangunan dimulai pada tahun 1990-an dan tiga sistem pertama memasuki layanan aktif di pantai Laut Hitam pada tahun 2010.
Senjata ini dirancang untuk menghancurkan berbagai kapal permukaan, konvoi dan kapal pendarat, kelompok tempur kapal induk, kapal tunggal dan penanggulangan elektronik. Peluncur Bastion membawa sepasang rudal anti jelajah kapal P-800 Onix / Yakhont dengan jangkauan efektif 300 km dan terbang pada lintasan tinggi-rendah dengan 120 km terbang rendah hingga sulit dideteksi dan ditembak.
Sebuah baterai Bastions terdiri dari 4 peluncur mobile, 1-2 kendaraan komando dan kontrol, 1 kendaraan dukungan dan 4 transloaders. kendaraan peluncur dapat ditempatkan hingga 25 km jauhnya dari kendaraan komando dan kontrol.
Seluruh baterai Bastion dikendalikan dari markas utama angkatan laut. kendaraan peluncur juga dapat beroperasi secara mandiri.
Semenanjung bergabung dengan Rusia setelah lebih dari 96 persen pemilih lokal mendukung dalam referendum pada bulan Maret 2014. Ukraina menolak referendum itu karena dinilai banyak kecurangan dan intimidasi Rusia. Eropa dan Amerika mendukung Ukraina untuk menentang Rusia dengan menjatuhkan sejumlah sanksi dan menempatkan kekuatan militer di perbatasan Rusia.
Baca juga: