Armada Angkatan Laut Rusia yang dipimpin kapal induk Admiral Kuznetsov telah tiba di Mediterania. Sejumlah ahli menyebut keberadaan kapal ini akan melindungi Suriah dari kemungkinan serangn rudal oleh Amerika Serikat.
Berbicara pada konferensi pers di pusat pers kantor berita Rossiya Segodnya di Moskow, ahli militer Vladimir Evseev menunjukkan bahwa Washington baru-baru ini mempertimbangkan kemungkinan menyerang pasukan pemerintah Suriah, menggunakan dalih laporan PBB yang menuduh bahwa Damaskus telah menggunakan senjata kimia. “Kami baru-baru melalui tonggak yang sangat penting yang banyak orang bahkan tidak menyadari,” kata Evseev, wakil direktur CIS Institute Rusia Rabu 2 November 2016.
Tapi masuknya armada Rusia yang dipimpin Admiral Kuznetsov ke Mediterania mungkin menjadi elemen penting yang dibutuhkan untuk meredam keinginan Pentagon untuk meluncurkan serangan rudal.
“Secara faktual, kapal kami telah ditutup lepas pantai Suriah. Kapal-kapal Rusia tidak muncul di mana mereka secara tidak sengaja, dan menghilangkan kemungkinan peluncuran rudal jelajah dari arah itu. ”
Analis juga ingat bahwa sebelumnya, sistem S-300 telah dikerahkan di Tartus dengan tujuan yang sama, mengingat bahwa mereka mampu menangani tidak hanya ancaman berbasis udara, tetapi juga rudal balistik.
Pekan lalu, bocoran laporan yang disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB menyalahkan pemerintah Suriah atas serangan senjata kimia di Idlib pada 2015. Damaskus tegas membantah tuduhan tersebut dan mengatakan kelompok teroris yang biasa menggunakan gas beracun.
Mengomentari situasi militer di Suriah, Evseev menyarankan bahwa bersama-sama dengan pembebasan Aleppo, militer Suriah dan sekutu Rusia juga harus memprioritaskan untuk mengepung Front Nusra di Idlib. Kelompok ini menurutnya harus dihancurkan.
“Jika terpaksa meninggalkan Idlib satu-satunya tempat bagi mereka [Front Nusra] untuk pergi adalah ke Turki. Dan di sini, saya akan merekomendasikan bahwa mitra Barat kami, untuk meluangkan waktu berpikir tentang apa yang akan terjadi pada Idlib militan yang berakhir di Turki,” katanya.
“Dari sini, kemungkinan bahwa mereka kemudian dapat berkunjung ke Eropa. Ini adalah hal yang negara-negara Barat harus pikirkan, bukannya campur tangan dalam operasi untuk membebaskan Aleppo dan wilayah Suriah lainnya.”
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/09/28/kuznetsov-vs-nimitz-lahir-dari-ideologi-beda-memiliki-kemampuan-beda/