Menatap 2050, B-2 Dilengkapi Bom Nuklir Digital Baru

Menatap 2050, B-2 Dilengkapi Bom Nuklir Digital Baru

Pembom siluman B-2 Spirit yang dibangun era 1980an akan ditambah dengan senjata baru dan upgrade sistem misi agar tetap mampu menembus sistem pertahanan musuh hingga 2050.

Dalam tahun-tahun mendatang, B-2 akan dipersenjatai dengan senjata nuklir digital generasi berikutnya seperti B-61 Mod 12 dengan kit ekor dan Long Range Stand-Off (LRSO), sebuah, rudal jelajah nuklir dipandu yang diluncurkan dari udara.

B-61 Mod 12 adalah program modernisasi yang sedang berlangsung untuk mengintegrasikan B-61 Mods 3, 4, 7 dan 10 menjadi varian tunggal dengan dipandu kit ekor. B-61 Mod 12 sedang direkayasa mengandalkan navigasi inersia.

Pejabat Angkatan Udara AS sebagaimana dikutip Scout Warrior Senin 31 Oktober 2016 mengatakan selain LRSO, B83, dan B-61 Mod 12,  bomber B-2 juga akan membawa B-61 Mod 11, senjata nuklir yang dirancang dengan kemampuan penetrasi tinggi.

LRSO akan menggantikan Air Launched Cruise Missile (ALCM) yang sekarang hanya digunakan oleh bomber B-52.

Di samping arsenal nuklirnya, B-2 akan membawa berbagai macam senjata konvensional seperti Joint Direct Attack Munitions (JDAM) 2.000 pon, Joint Standoff Weapons 5.000 pon, Joint Air-to-Surface Standoff Missiles dan GBU 28 5,000 pon bunker buster serta senjata lain.

Platform ini juga mempersiapkan untuk mengintegrasikan rudal udara ke darat konvensional  yang disebut Joint Air-to-Surface Standoff Missile, Extended Range (JASSM-ER). B-2 juga dapat membawa 30.000 pon bom konvensional yang dikenal sebagai Massive Ordnance Penetrator.

“GBU-28 (bunker-buster) akan menghancurkan target terkubur, ” kata Mayor. Kent Mickelson, Direktur Operasi untuk skuadron pelatihan tempur 394 kepada Scout Warrior.

Angkatan Udara Amerika berencana untuk mengoperasikan B-2 bersama bomber aru yang sat ini dibangun B-21 hingga 2050.

Untuk bisa tetap mampu beroperasi sampai kurun wktu B-2 multak untuk menjalani serangkaian upgrade modernisasi karena sistem pertahanan udara lawan akan terus berkembang dengan cepat.

Salah satu upgrade kunci disebut Defensive Management System, teknologi yang membantu menginformasikan kru B-2 tentang lokasi pertahanan udara musuh. Oleh karena itu, jika ada muncul pertahanan udara yang dilengkapi dengan teknologi yang cukup untuk mendeteksi B-2, pesawat akan memiliki kesempatan untuk bermanuver dengan seperti dengan terbang di luar jangkauan mereka. Defensive Management System dijadwalkan akan beroperasi pada pertengahan 2020-an.

B-2 juga bergerak ke frekuensi satelit yang sangat tinggi dalam rangka untuk lebih memfasilitasi komunikasi dengan komando dan kontrol. Upgrade komunikasi memungkinkan untuk awak pesawat untuk menerima instruksi pemboman dari Presiden.

Angkatan Udara Amerika saat ini mengoperasikan 20 pembom B-2, dengan mayoritas berbasis di Whiteman AFB di Missouri. B-2 dapat mencapai ketinggian 50.000 kaki dan membawa 40.000 pon muatan, termasuk senjata konvensional dan nuklir.

Pesawat, yang mulai beroperasi pada tahun 1980, telah diterbangkan di misi serangan ke Irak, Libya dan Afghanistan.

Bahkan pesawat memamerkan kemampuannya untuk terbang 6.000 mil laut tanpa perlu mengisi bahan bakar, B-2 terbang dari Missouri sampai ke sebuah pulau di lepas pantai India disebut Diego Garcia  sebelum meluncurkan misi pemboman atas Afghanistan.

Baca juga:

B-2 Atau Raptor? 10 Pesawat Militer Amerika Termahal