Pemberontak Suriah membuka medan baru di Aleppo saat pertempuran berkobar di hari ketiga sebagai upaya pemberontak untuk mendobrak kepungan pemerintah di bagian kota itu. Masing-masing pihak menuduh lawan mereka menggunakan gas beracun.
Pemberontak, termasuk kelompok faksi Tentara Pembebasan Suriah dan kelompok keras Front Al-Nusra, berusaha meruntuhkan kepungan dengan cara merebut sejumlah wilayah, yang diduduki pemerintah di Aleppo untuk menghubungkan bagian timur, yang diduduki pemberontak, dengan sejumlah wilayah pedesaan, yang diduduki pemberontak di bagian barat kota itu.
Media nasional Suriah mengatakan bahwa pegaris keras menembakkan peluru berisi gas klorin di wilayah permukiman di bagian barat, yang diduduki pemerintah, Al Hamdaniya. Pemberontak menyangkal pernyataan itu dan mengatakan bahwa pemerintah menggunakan hal sama di tempat lain.
Media nasional mengutip seorang kepala rumah sakit Aleppo yang mengatakan bahwa puluhan orang, warga dan tentara, mengalami sesak nafas terkait adanya tuduhan gas beracun itu, namun tidak menyebutkan adanya korban tewas.
Lembaga Pengawas Hak Asasi Manusia Suriah, sebuah lembaga dari Inggris yang melaporkan konflik yang ada, mengatakan bahwa mereka telah mengkonfirmasi laporan terkait mereka yang mengalami sesak nafas di antara pasukan pemerintah dari dua garis depan yang diserang oleh pemberontak, namun belum mengkonfirmasi apakah itu disebabkan oleh gas klorin.
Pemberontak mengatakan bahwa pihak militer menyerang wilayah Rashideen dengan klorin dan menyebarkan video yang menunjukkan para korban yang mengalami masalah pernafasan.
Aleppo, yang dulunya merupakan kota terbesar di Suriah, menjadi lokasi konflik terbesar antara Presiden Bashar Al Assad, yang didukung oleh Iran, Rusia dan milisi Syiah, melawan pemberontak Sunni yang beberapa didukung oleh Turki, kerajaan Teluk dan AS.
Kota itu terbagi selama bertahun-tahun menjadi bagian barat yang diduduki pemerintah dan timur yang diduduki pemberontak.
Pemimpin militer Suriah pada Senin mengeluarkan pernyataan bahwa Front Al-Nusra menewaskan sedikitnya 84 orang dan melukai 280 yang lain di Aleppo selama tiga hari terakhir.
“Front Al-Nusra dan sejumlah kelompok militan yang berafiliasi terus mengintensifkan serangan di kota Aleppo dari beberapa arah, mengambil keuntungan dari gencatan senjata,” kata pernyataan itu.
Jaish Al Fateh, sebuah persekutuan pemberontak, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka saat itu menjalankan penyerangan tahap kedua, setelah merebut sejumlah lokasi dengan tujuan “mengakhiri kepungan”.
Mereka meminta penduduk yang ada di Aleppo sisi pemerintah untuk tetap berada di rumah mereka atau berlindung di bunker saat mereka menjalankan aksi. Mereka mendesak para petarung untuk tidak melukai siapa pun tidak bersenjata.
Sejumlah situs pemberontak dan pro-pemerintah mengatakan sebagian besar pertempuran Minggu itu dipusatkan di proyek 3.000 apartemen di Al Hamdaniya. perebutan lokasi itu akan membawa pihak pemberontak lebih dekat ke pusat wilayah yang diduduki pemerintah.
“Terdapat sejumlah pertempuran jalanan dan pihak rezim saat ini mundur dari wilayah itu. Hanya menunggu waktu dan kami akan mengumumkan pemerdekaannya,” kata Abu Al Ansari, petarung dari Failaq Al Sham.
Pemberontak mengatakan bahwa serangan itu dimulai dengan tembakan persiapan hari itu. Sejumlah pesawat tempur Rusia melancarkan pengeboman terhadap sejumlah lokasi baru pemberontak.