Pada September 2010 Majalah Atlantic menurunkan cover story yang ditulis Jeffrey Goldberg tentang keyakinan serangan Israel pada fasilitas Iran akan sukses. Israel tidak memiliki pembom strategis; jet tempurnya harus menggunakan wilayah udara Saudi untuk bisa masuk ke Iran dan kembali ke pangkalan.
Beberapa pesawat mungkin harus mendarat di Arab Saudi untuk mengisi bahan bakar, atau bahkan menggunakan pangkalan sementara di gurun. Salah satu hal yang tidak disebutkan dalam laporan Wall Street Journal adalah apakah pesawat-pesawat Israel menyeberang ke wilayah udara Saudi selama simulasi serangan ke Iran.
Seperti ditulis Goldberg, tetapi jika Israel benar berhasil menghancurkan fasilitas nuklir Iran maka itu bukan akhir dari misi. Bahkan Israel harus bersiap menghadapi sebuah perang yang sangat sulit.
Ada konsekuensi besar dari serangan langsung ke Iran, sesuatu yang mungkin memerlukan operasi militer paling canggih dalam sejarah Israel. Serangan ini akan memunculkan serangan ke aset Israel dan AS di luar negeri oleh kelompok anti Israel dan Amerika. Teheran juga akan meluncurkan serangan terhadap sasaran Arab untuk membalas karena telah kerjasama dengan Israel untuk menyerang mereka dan milisi pro Iran, Hizbullah akan menghujani Israel dengan 200.000 roket.
Meski juga muncul teori Iran memilih untuk menahan diri untuk mengurangi kerugian setelah asset pentingnya dihancurkan. Hal ini juga dilakukan Bashar al Assad atau Saddam Hussein yang tidak membalas ketika Israel menghancurkan reaktor nuklir mereka dari udara pada 2007 dan 1981.