Raja Thailand Bhumibol Adulyadej, pemegang monarki terlama di dunia, meninggal dunia di rumah sakit, Kamis 13 Oktober 2016, demikian pengumuman dari istana kerajaan.
Pihak istana tidak memberikan alasan atau penjelasan mengenai meninggalnya Raja Thailand itu. Dia meningggal dalam usia 88 tahun.
“Raja mangkat dengan tenang di Rumah Sakit Siriraj,” kata pihak istana dengan menyebutkan bahwa Bhumibol meninggal pada pukul 15.52 waktu setempat.
Putra raja dan pewarisnya, Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn, yang berusia 63 tahun, berharap menjadi Raja Thailand baru.
Sebelumnya sekitar 300 orang berkumpul dan berdoa untuk kesehatan Raja di RS Siriraj, Bangkok, tiga hari setelah pihak kerajaan mengumumkan kondisinya yang kurang stabil.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan pewaris tahta dari Raja Bhumibol Adulyadej yang telah mangkat telah ditunjuk sejak 1972 dan pemerintah akan menginformasikan pada parlemen soal pilihan itu.
Prayuth sendiri tidak menyebutkan siapa pewaris tahta tersebut, namun secara luas diperkirakan akan jatuh pada Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn.
“Pemerintah akan menginformasikan pada Majelis Legislatif Nasional bahwa yang mulia raja telah menunjuk pewaris tahtanya,” kata Prayuth dalam pidatonya, Kamis. Majelis langsung mengadakan sidang istimewa pada Kamis malam.
Raja Bhumibol Adulyadej sebagai penguasa terlama kerajaan di dunia, yang meninggal dengan tenang, Kamis, memiliki reputasi memulihkan pengaruh keluarga kerajaan Thailand selama 70 tahun bertahta dan mengabdi kepada rakyat.
Bagi sebagian besar dari 68 juta rakyat negara itu, Raja -yang menjadi pilar stabilitas perubahan dalam waktu cepat- menggalakkan industrialisasi selama memerintah, namun juga menyaksikan demokrasi parlementer diselingi 10 kudeta militer, yang paling baru pada Mei 2014.
Raja Bhumibol, yang naik tahta pada 9 Juni 1946, dipandang sebagai kekuatan pemersatu dan sejak lama memperhatikan ketegangan politik, yang memecah-belah Thailand pada dasawarsa lalu, memburuk setelah kematiannya.
Lahir pada 1927 di Cambridge, Massachussets, Amerika Serikat, tempat ayahnya, Pangeran Mahidol, belajar kedokteran, Raja Bhumibol menghabiskan masa mudanya di luar negeri. Pertama di AS dan kemudian di Swiss.
Dia menjadi raja pada 1946 setelah penembakan misterius kakaknya, Raja Ananda Mahidol berusia 20 tahun yang juga dikenal dengan Rama VIII. Raja Bhumibol kembali ke Thailand setelah empat tahun kemudian dimahkotai Raja Rama IX.
Raja Bhumibol yang pandai bermain saksofon merupakan wisatawan selebriti bagi modal asing selama beberapa tahun yang lalu saat bertahta bersama Ratu Sirikit, sepupu jauh yang dinikahinya pada 1950 beberapa saat sebelum dinobatkan.