Pada 7 Oktober 2001, atau 15 tahun yang lalu, Amreika dan Inggris memulai serangan ke Afghanistan yang kemudian menjadi awal dari sejarah perang paling panjang di dunia.
Meski pada 28 Desember 2014, AS dan NATO menyatakan operasi tempur di Afghanistan selesai dan mulai menarik pasukannya, situasi masih jauh dari tuntas.
Pertempuran masih pecah di mana-mana, Taliban terus bergerak kembali ke medan perang dan merebut sejumlah wilayah. Perang panjang tidak saja membawa puluhan ribu orang meninggal tetapi juga telah menjadikan Afghanistan menjadi salah satu negara paling labil di dunia. Kata “pembebasan” yang diusung Amerika jauh dari kenyataan.
Secara keseluruhan, AS saat ini masih memiliki hampir 10.000 kekuatan di Afghanistan, meskipun Presiden Barack Obama kemudian akan mengurangi bahwa kekuatan untuk 5.500 pada tahun 2017, ancaman Taliban telah menyebabkan perubahan rencana, dengan sekitar 8.400 pasukan dijadwalkan untuk tetap berada di Afghanistan hingga akhir tahun depan. Sementara sebagian pasukan NATO menarik diri dari Afghanistan pada akhir 2014.
Pada akhir tahun itu, korban militer asing mencapai 3.500 tewas dan 33.000 terluka. Dari jumlah itu 2.400 tewas dan 20.000 terluka adalah prajurit AS, 453 tewas dan 7.500 luka dari Inggris, 159 dan 1.859 dari Kanada; dan 89 dan 725 pasukan Prancis. Angka-angka ini tidak termasuk kontraktor keamanan swasta.
Sejak tahun 2001, AS telah menghabiskan sekitar US$110 miliar untuk program rekonstruksi Afghanistan. Jumlah ini melebihi biaya Marshall Plan yang digunakan untuk merekonstruksi Eropa setelah Perang Dunia II.
Washington telah mengalokasikan lebih dari US$ 60 miliar sejak tahun 2002 untuk melatih dan melengkapi pasukan Afghanistan. Uang yang dihabiskan AS di Afghanistan ini hanya membuahkan hasil yang terbatas.
Keamanan dalam negeri masih genting dan Taliban diyakini menguasai wilayah lainnya di Afghanistan daripada setiap saat sejak tahun 2001. Sebuah catatan PBB menunjukkan 5.100 korban sipil, termasuk 1.600 kematian, tercatat pada semester pertama 2016.
Berikut kita flash back cepat perang Afghanistan.
Saksi mata mengatakan mereka melihat kilatan dan mendengar ledakan di atas ibu kota Afghanistan, Kabul pada tahap pertama yang akan menjadi awal perang berlarut-larut Amerika dan negara-negara yang mendukungnya. Serangan itu telah disiapkan sejak serangan bunuh diri di AS pada 11 September 2011.
Amerika dan Inggris menghantam Afghanistan dan instalasi kunci dari rezim Taliban dengan rudal jelajah Minggu malam untuk memburu Osama bin Laden.
Banyak warga Afghanistan tampaknya tidak terpengaruh oleh pemboman karena sudah terbiasa tinggal di wlayah perang selama lebih dari 20 tahun.
Pentagon mengatakan B-52 menjatuhkan serangan bom berat yang dikenal sebagai taktik bom karpet kepada pasukan Taliban di utara Kabul.
Ada sekitar 4.000 tentara AS di Afghanistan sebagai bagian dari perang internasional melawan terorisme.
Perang di Afghanistan adalah pertama kalinya robot digunakan oleh militer AS sebagai alat untuk pertempuran. Para pendukung robot meyakini bisa mengirim mereka ke gua, bangunan, atau daerah gelap lainnya akan membantu mencegah korban AS.
Kini setelah 15 tahun program yang disponsori PBB untuk melucuti senjata, demobilisasi, dan mengintegrasikan kembali 100.000 tentara di Afghanistan sedang berlangsung yang dinilai sebagai langkah kunci yang diharapkan akan membawa perdamaian di negara yang dilanda perang ini. The “New Beginnings Program,” yang memungkinkan tentara bertukar senjata mereka untuk pekerjaan, dimulai di provinsi Kunduz.
Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld pada Desember 2005 mengatakan penarikan cepat pasukan AS dari Irak atau Afghanistan akan melahirkan lebih banyak terorisme di wilayah tersebut dan meningkatkan risiko serangan terhadap Amerika Serikat.
Kemudian Menteri Pertahanan Robert Gates pada 11 Mei 2009, menggantikan komandan tertinggi AS dan NATO di Afghanistan, Jenderal AS David McKiernan yang baru bekerja kurang dari setahun dan merekomendasikan Letnan Jenderal Angkatan Darat Stanley McChrystal, mantan komandan pasukan operasi khusus, untuk mengambil alih komando dari 45.000 tentara AS dan sekitar 32.000 tentara lainnya dari negara-negara non-AS NATO.
Jika ada yang mengatakan Perang Afghanistan telah selesai itu adalah omong kosong. Pertempuran masih pecah di mana-mana, Amerika dan NATO menjadi pihak yang paling bertanggungjawab atas apa yang terjadi di negara ini. Apapun itu alasannya
Baca juga
http://www.jejaktapak.com/2016/04/05/5-perang-paling-mahal-dalam-sejarah-amerika/