Site icon

AS Sebut Bom Thermobaric Digunakan di Suriah, Apa Itu?

Semua perang adalah mengerikan, tetapi beberapa aspek perang lebih mengerikan daripada yang lain.  Korban tewas dari perang sipil Suriah diperkirakan mencapai hampir 500.000 orang. Sebagian karena korban dari senjata-senjata tertentu dilarang hingga menyebabkan kecaman internasional.

Ketika Departemen Luar Negeri mengumumkan pada Senin 3 Oktober 2016 bahwa Amerika Serikat menangguhkan upaya kerja sama dengan Rusia pada gencatan senjata di Suriah, Departemen Luar Negeri menjadikan penargetan warga sipil dan konvoi bantuan sebagai alasan untuk menghentikan itu.

Menggarisbawahi titik itu, seorang pejabat intelijen anonim, dikutip oleh Washington Post dan Reuters, mencatat bahwa serangan udara Rusia di kota Aleppo telah menggunakan berbagai amunisi mematikan, “termasuk barrel bombs (bom barel), thermobaric bombs (bom thermobaric), incendiary munitions (amunisi pembakar), cluster bombs (bom cluster) dan bunker busters.”

Dari sekian nama itu beberapa sudah sering kali terdengar, tetapi ada satu yang mungkin masih cukup asing yakni bom thermobaric. Senjata apa ini sebenarnya?

Sebelum kita akan membahas hal tersebut tidak ada salahnya kita secara cepat membahas bom lain yang disebutkan oleh pejabat intelijen tersebut termasuk pengaturan penggunaannya.

Barrel Bomb

Barrel bomb atau bom barel adalah IED minyak mentah yang dijatuhkan dari langit. Seperti namanya, barel mereka diisi dengan pecahan peluru dan bahan peledak, kadang-kadang bensin, dan sering dijatuhkan oleh helikopter.

Senjata ini dimiliki pemerintah Assad yang digunakan berperang melawan kelompok pemberontak. Bom barel termasuk senjata ngawur yang sembarangan membunuh orang yang bukan menjadi target serangan.

Incendiary Munitions

Rusia sempat kecolongan ketika televisi pemerintah menayangkan gambar ncendiary munitions yang dibawa jet tempur di Suriah

Lalu ada amunisi pembakar atau incendiary munitions. Seperti namanya, senjata ini akan menghacurkan termasuk membunuh orang dengan cara membakar.

Hukum perang masih memungkinkan penggunaan senjata pembakar terhadap sasaran-sasaran militer, tetapi Protokol III dari Convention on Certain Conventional Weapons atau Konvensi pelarangan senjata tertentu melarang penggunaannya terhadap sasaran sipil.

Suriah tidak menandatangani konvensi itu, tapi Amerika Serikat dan Rusia termasuk yang menandatangainya. Ada beberapa kasus terdokumentasi di mana senjata ini digunakan bahkan oleh Rusia di Suriah yang mengakibatkan korban sipil.

Bom Cluster

Sedangkan bom cluster sudah sering dibahas yakni secara gampang diartikan sebagai bom yang melepaskan banyak bom kecil.

Cluster bomb sedikit diatur oleh Protokol Bahan Peledak Sisa-Sisa Perang atau Protocol on Explosive Remnants of War dan dilarang oleh Konvensi Amunisi Tandan atau Convention on Cluster Munitions yang berlaku pada tahun 2010.

Bom Cluster merupakan senjata yang dikutuk secara internasional karena berbagai alasan, salah satunya karena banyak bom yang tidak meledak dan kemudian memunculkan bahaya jauh setelah konflik selesai.

Rusia dan Amerika Serikat keduanya penandatangan Protocol on Explosive Remnants of War, sementara Suriah tidak. Sementara untuk Convention on Cluster Munitions, baik Rusia, atau Suriah, maupun Amerika Serikat menandatanganinya.

Amerika Serikat secara eksplisit mengatakan bahwa bom cluster memiliki utilitas militer, dan Departemen Pertahanan mengadopsi kebijakan yang mengharuskan penggunaan bomb cluster bisa digunakan setelah 2018 tetapi harus meninggalkan kurang dari satu persen submunisi yang belum meledak di medan perang.

Bunker Busters

Sedangkan bunker busters adalah bom yang dirancang untuk menembus dan menghancurkan target jauh di bawah tanah, seperti bunker militer. Sementara senjata tersebut memiliki target militer, mereka, seperti semua senjata, dapat digunakan terhadap sasaran non-militer dengan  cara mengerikan.

“Anak-anak yang dibunuh dan cacat. Serangan udara memukul beberapa rumah sakit. Penggunaan bom bunker berarti anak tidak bisa aman bahkan bersekolah di bawah tanah,” kata Benyam Dawit Mezmur, Ketua Komite PBB tentang Hak Anak, kepada Berita PBB pekan ini. Baik Amerik dan Rusia memiliki senjata ini.

Rusia membangun bunker buster KAB-500L yang dirancang untuk menghancurkan landasan pacu dan bangunan beton di atas tanah, dapat digunakan untuk mencapai target bawah tanah juga. Sedangkan Amerika memiliki sejumlah bom penghancur bunker yang salah satunya adalah GBU-39/B SDB.

Next: Lalu Apa itu Senjata Thermobaric?

Ketika dimintai komentar tentang senjata thermobaric yang digunakan oleh Rusia yang menyebabkan penghentian kerjasama, Departemen Luar Negeri mengarahkan pertanyaan tentang jenis-jenis senjata ke Pentagon. Pentagon menjawab tidak mengomentari masalah-masalah intelijen.

Jadi apa itu bom thermobaric? dan apa yang membuat mereka menonjol sebagai senjata sangat mengerikan?

“Fuel Air Explosives,” W.S. Wong mendifinisikan pada buku Emerging Military Technologies: A Guide to the Issues yang terbit tahun 2013.

“Bahan peledak  yang mengeksploitasi oksigen atmosfer untuk bagian dari pengoksidasi, dan itu tergantung pada penyebaran komponen bahan bakar untuk mencapai rasio bahan bakar / udara yang benar sebelum peledakan. Juga disebut senjata thermobaric, senjata ini dicatat untuk menghasilkan gelombang tekanan besar dalam durasi lama.”

Defenisi yang cukup baik, tapi masih membingungkan. Dalam sebuah makalah yang baru-baru ini diterbitkan dalam Jurnal Defense Technology, ahli kimia Lemi Türker dari Middle East Technical University di Ankara, Turki menulis:

“Senjata thermobaric diklasifikasikan sebagai subkomponen dari keluarga yang lebih besar dari sistem senjata yang dikenal sebagai senjata volumetrik. Senjata-senjata volumetrik termasuk thermobaric dan fuel air explosives (FAE, aerosol bombs dalam bahasa Jerman).

Sangat penting untuk membedakan bagaimana bom thermobaric bekerja dibandingkan dengan bom lain. Kebanyakan bom konvensional masuk ke dalam dua kategori. Pertama mengirim fragmen dan pecahan peluru ke target  (orang, kendaraan, atau bangunan).

Satu lagi  menghancurkan dengan menggunakan peledak kecil yang diarahkan untuk membuat jet plasma panas, yang  menembus baju besi dan apa pun di sisi baju besi itu.

Sementara bagaimana senjata volumetrik, termasuk thermobaric dan fuel air explosives  bekerja dijelaskan oleh Türker:

Ketika shell atau proyektil yang mengandung bahan bakar dalam bentuk gas, cair (aerosol) atau daya ledak mirip debu, bahan bakar atau bahan seperti debu itu tersebar ke udara yang membentuk awan. Kejadiannya tidak tergantung pada oksidator yang hadir dalam molekul. Kemudian, awan ini diledakkan untuk menimbulkan gelombang kejut, ditandai dengan durasi diperpanjang yang menghasilkan overpressure ke segala arah. Dalam senjata thermobaric, bahan bakar terdiri dari monopropellant dan partikel energik. Dalam operasi, aerosol yang diledakkan dalam mikro / milidetik dalam cara yang mirip dengan sebuah ledakan konvensional seperti TNT atau RDX.

Sementara itu partikel cepat terbakar di udara sekitar, sehingga mengakibatkan bola api besar dan ledakan tinggi.

Mudahnya, seluruh daerah dengan bahan bakar bom tersebar akan terbakar tiba-tiba, secara sekaligus, mengirimkan gelombang kejut yang kuat. Ledakan itu membutuhkan waktu lebih lama daripada  bom daya ledak tinggi normal, dan gelombang kejut dapat berkumandang, memukul orang  pada kekuatan tinggi secara berulang-ulang.

Apa keuntungan militer menggunakan senjata seperti ini? Türker menulis lagi:

Meskipun gelombang tekanan karena deflagration peledak, jauh lebih lemah dibandingkan dengan ledakan konvensional sebagai RDX, bahan bakar dengan cepat dapat berdifusi ke dalam terowongan, gua atau bunker, menghasilkan efek panas yang cukup tinggi untuk habitants dan / atau amunisi.

 Ledakan bom aerosol mengkonsumsi oksigen dari udara sekitarnya (komposisi peledak biasanya tidak memiliki oksidator sendiri). Berbeda dengan keyakinan umum orang awam, efek mematikan bukan hanya disebabkan karena kurangnya oksigen tetapi karena barotrauma paru-paru yang timbul dari gelombang tekanan negatif setelah fase tekanan positif dari ledakan.

Next: Penggunaan Thermobaric dalam Perang

Senjata volumetrik, termasuk bahan peledak bahan bakar udara dan senjata thermobaric, tidak asing digunakan dalam perang.

Amerika Serikat mengembangkan bahan peledak udara bahan bakar pada tahun 1960, dan menggunakan BLU-73/B fuel-air bombs di perang Vietnam, baik sebagai alat untuk meledakkan ladang ranjau atau untuk membunuh orang.

Rusia menggunakan bahan peledak bahan bakar udara yang dijatuhkan dari pesawat saat melawan separatis Chechnya di pertengahan 1990-an. Pada tahun 1999, Rusia menggunakan TOS-1 Buratino yang menembakkan roket bermuatan thermobaric untuk menyerang ibukota Chechnya, Grozny.

Amerika Serikat juga menggunakan bom thermobaric di awal perang Afghanistan dengan tujuan  membunuh pasukan Al-Qaeda dan Taliban yang bersembunyi di gua-gua.

Gambar berikut diambil dari adalah paten Amerika yang mengambarkan perangkat umum senjata ini.

Dari paten terlihat bahan peledak thermobaric dirancang untuk menghasilkan panas dan efek tekanan bukannya armor piercing atau kerusakan fragmentasi efek bahan peledak thermobaric adalah  komposisi umumnya bahan bakar yang kaya mengandung nitramine, ditandai dengan pelepasan energi yang terjadi selama periode waktu yang lebih lama dari standar bahan peledak, sehingga menciptakan tekanan lama. ”

Amerika Serikat dan Rusia keduanya menguji bom thermobaric lebih besar. Amerika menguji GBU-43 / B Massive Ordnance Air Blast pada 2003 yang segera dijuluki “Mother of All Bombs,”

Pada tahun 2007, Rusia menguji senjata thermobaric raksasa mereka sendiri, dan menyebutnya sebagai “Father of All Bombs.” Untungnya kedua senjata ini tidak pernah digunakan dalam perang.

Selain Amerika Serikat dan Rusia, setidaknya China dan India juga memiliki senjata thermobaric.

Peledak bahan bakar udara, yang agak kurang rumit untuk membuatnya, telah digunakan oleh pemerintah Suriah, menurut Human Rights Watch. Pengamat lainnya telah menemukan bukti Suriah menggunakan bahan peledak bahan bakar udara setidaknya pada awal tahun 2012.

Apakah nantinya juga akan ada aturan pelarngan senjata yang mengerikan ini?  Belum tentu. Dalam analisis standar hukum untuk melindungi warga sipil dalam perang oleh United Nations Institute for Disarmament Research, penulis Maya Brehm mencatat bahwa senjata thermobaric sebenarnya ada di  bawah lingkup Konvensi Senjata Konvensional Tertentu mengenai senjata pembakar, yang menyatakan “senjata thermobaric menghasilkan suhu tinggi yang dapat mengakibatkan kebakaran, dan dapat menyebabkan luka sangat kejam kepada orang-orang di dalam wilayah yang luas. ”

Brehm juga mencatat bahwa senjata thermobaric mungkin sudah masuk di bawah aturan yang mengatur bahan peledak ditingkatkan sebagai gantinya.

Namun ketika Amerika Serikat dan Rusia mempertahankan beberapa senjata thermobaric dalam persediaan militer, keberhasilan perjanjian yang melarang thermobarics tampaknya tidak mungkin terjadi.

Sumber: Popular Science

Exit mobile version