Rusia dilaporkan sebelumnya telah mengerahkan sistem rudal pertahanan S-300V4 “Antey-2500” ke Suriah. Sebelumnya Moskow telah mengirimkan sistem rudal S-400 yang lebih canggih. Pertanyaannya kenapa justru diganti dengan varian S-300?
Victor Ozerov, ketua Federasi Dewan Komite Pertahanan dan Keamanan, mengatakan kepada RIA Novosti pengiriman sistem pertahanan ini bisa saja dilakukan guna mencegah insiden serupa ketika Su-24 ditembak jatuh oleh F-16 Turki pada 2015 lalu. Setelah kejadian Moskow langsung mendatangkan sistem pertahanan udara S-400 yang merupakan penerus dari S-300.
Tetapi ternyata S-400 tidak memiliki kemampuan yang ada pada S-300V4 yang oleh NATO dijuluki sebagai SA-23 Gladiator.
Analis pertahanan Vladimir Evseev menyatakan bahwa Rusia mengerahkan S-300 ke Suriah dalam upaya untuk meningkatkan pertahanannya khususnya terhadap serangan rudal.
“Tidak seperti sistem pertahanan udara S-400 Triumf, S-300VM memiliki kemampuan tambahan untuk melawan serangan rudal. Sistem ini mampu mencegat hulu ledak pada kecepatan hingga 5 kilometer per detik dan menghancurkan mereka di ketinggian maksimum 30 kilometer, ” jelasnya sebagaimana dikutip Ria Novosti Rabu 5 Oktober 2016.
Akibatnya, S-300 mampu mengalahkan rudal subsonic seperti Tomahawk, serta rudal balistik, tambahnya.
Letnan Jenderal Aitech Bizhev langsung dikonfirmasi penilaian ini. Antey-2500, kata dia, memang diberi tugas utama melawan serangan udara rudal jelajah besar pada markas, industri atau militer, serta pasukan. Kepada Svobodnaya Pressa dia mengatakan bahwa S-300V4 lebih baik dalam hal mencegat rudal jelajah daripada S-400 yang lebih baru.
S-300V4, versi upgrade dari S-300VM, adalah “Senjata yang sangat otomatis dan sangat efisien,” kata Bizhev. Dia menambahkan bahwa hanya butuh waktu lima menit untuk peluncuran rudal.
Anatoly Tsyganok, kepala Pusat Prakiraan Militer, menunjukkan bahwa Pentagon telah menempatkan lebih banyak pesawat tempur di dekat Suriah. “Menurut sumber yang berbeda, Angkatan Aerospace Rusia mengerahkan antara 20 dan 40 pesawat ke Suriah. AS memiliki dua kelompok udara ditempatkan di kapal induk di kawasan itu. Dengan kata lain, mereka memiliki 140 pesawat. Inilah mengapa personel Rusia di Suriah perlu bentuk perlindungan tambahan untuk serangan udara, “jelasnya.
Masuk pelayanan sejak 2013, S-300V4 dimaksudkan untuk melacak dan mencegat rudal balistik jarak pendek dan menengah, rudal aeroballistic dan jelajah, serta pesawat sayap tetap, platform ECM (penanggulangan elektronik) dan amunisi presisi dipandu.
Sistem ini dilaporkan memiliki kisaran 400 kilometer (hampir 250 mil) dan dapat terlibat hingga 24 pesawat atau 16 target balistik secara bersamaan dalam berbagai kombinasi.
Sistem ini dirancang dan diproduksi oleh Almaz-Antey, sebuah perusahaan pertahanan milik negara Rusia.
Baca juga: