Singapura tetap tertarik untuk mengakuisi jet tempur generasi kelima F-35 Lighting II, tapi tidak berharap untuk mendapatkan pesawat siluman itu sampai 2030.
“F-35 dianggap bentuk kerangka waktu dari tahun 2030 dan seterusnya untuk kebutuhan pertahanan kami, dan kita tidak terburu-buru dan kami masih mengevaluasi,” kata , Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen sebagaimana dikutip Defense News Selasa 4 Oktober 2016.
Hal itu diungkapkan Ng Eng Hen setelah pertemuan para menteri pertahanan ASEAN pada30 September. “Ini adalah pesawat yang baik, tetapi kebutuhan kita tidak begitu mendesak pada saat ini.”
Singapura telah lama dikaitkan dengan program F-35, dan pada Februari 2015 Kepala Kantor Program Bersama F-35 Letjen Chris Bogdan mengatakan dia yakin negara ini telah mulai mengambil langkah selanjutnya menuju pengambilan keputusan.
Tapi sejak itu, ada sedikit pergerakan terlihat dari Singapura menuju pengadaan jet. Hal ini juga tidak jelas apa varian jet negara yang mungkin akhirnya untuk membeli.
Ng percaya kekuatan F-15 dan F-16 mereka masih cukup memadahi dalam satu atau dua dekade mendatang.
Pada bulan Desember, Lockheed Martin memperoleh kontrak US$914 juta atau sekitar Rp11,9 triliun untuk meng-upgrade 60 pesawat F-16 Singapura, dengan pekerjaan akan berlangsung hingga 2023.
Ketika ditanya apakah situasi geopolitik di kawasan itu bisa memacu negara untuk mempercepat keputusan pengadaan pada jet, terutama mengingat gejolak di Laut Cina Selatan, Ng menjawab dengan yakin bahwa rencana saat ini adalah sudah benar.
“Ini tidak akan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di Laut China Selatan, maupun militer China mungkin,” katanya.
“Kami sudah mengakui Cina adalah kekuatan militer. Hal ini benar-benar ditentukan oleh kebutuhan kita, serta bagaimana kita dapat berkontribusi untuk pertahanan global.”