AMERIKA MEREMEHKAN
Perkembangan ini menunjukkan Beijing tidak sudi menyerah pada dominasi Amerika di bawah laut. Sementara Amerika sepertinya tidak menyadari atau meremehkan. Lyle J. Goldstein Associate Professor di China Studi Maritime Institute (CMSI) di AS Naval War College di Newport, Rhode Island dalam tulisannya di National Interest Selasa 17 Mei 2016 menyebutkan Laporan RAND “Scorecard” baru-baru tentang keseimbangan militer di Pasifik Barat tidak benar-benar mencoba untuk secara detil melihat aspek-aspek tertentu dari pertempuran bawah laut.
Sebagai contoh, dalam melakukan evaluasi kapal selam AS yang beroperasi melawan kekuatan amfibi China yang menyerang Taiwan menghasilkan kesimpulan bahwa kekuatan perang anti kapal selam China telah tumbuh dan mungkin bisa membunuh 1,82 kapal selam AS per minggu kampanye. Jika kampanye berlangsung dua minggu, AS Navy bisa kehilangan sekitar tiga sampai empat kapal selam.
Tapi kesimpulan ini sebenarnya bisa terlalu dangkal. Batimetri (kedalaman air) akan berarti ruang yang sangat dangkal dan ketat untuk kapal selam AS yang relatif lebih besar. China bisa menggunakan platform yang tidak konvensional seperti kapal penjaga pantai atau bahkan perahu nelayan untuk berpatroli wilayah operasi kapal selam musuh ‘dan melaporkan penampakan periskop dan peluncuran rudal.
Dengan menciptakan sistem penargetan ASW berteknologi rendah, Cina akan tahu dengan gampang dan kapal nonmiliter tersebut akan jauh lebih murah dibandingkan satu torpedo yang ditembakkan oleh kapal selam.
Studi RAND juga tidak serius membahas masalah ranjau laut dan kemungkinan kerja mereka melawan kapal selam AS. 10 dari 52 kapal selam AS hilang dalam Perang Pasifik kemungkinan besar hancur oleh ranjau laut. Hal ini juga diketahui, bahwa China telah mengerahkan dan terus bekerja dengan tekun untuk mengembangkan ranjau anti kapal sealm. Sistem pengamatan bawah laut yang dibahas di atas juga tidak masuk dalam stimasi RAND.
Benar, perairan ini mungkin begitu dangkal dan bising sehingga membatasi nilai sensor bawah laut baru untuk Beijing. Tetapi para ilmuwan China bekerja keras untuk menguasai prinsip-prinsip akustik perairan dangkal, dan terobosan tersebut tidak dapat dikesampingkan. China telah membangun tembok raksasa di bawah laut.