
Dibangun pada puncak Perang Dingin ketika kecepatan, payload dan jangkauan lebih penting daripada biaya, Backfire memang sangat mahal untuk mengoperasikan dan memelihara. Rusia menggunakan bomber ini untuk menggempur Mujahidin Afghanistan di tahun 1980-an, dan Perang Georgia tahun 2008.
Sekali lagi, dalam konflik yang sedang berlangsung di Suriah, Backfire telah membawa hujan bom, menghancurkan aset ISIS serta kelompok-kelompok lain.
Karena IAF memiliki setidaknya 400 pesawat tempur, termasuk Sukhoi Su-30MKI, MiG-29 dan Mirage-2000, yang jauh lebih besar dibandingkan jumlah jet tempur yang dimiliki Pakistan, penggunaan Backfire terhadap Pakistan akan berlebihan.
Menggunakan bomber dengan jumlah terbatas terhadap sasaran darat di China akan menjdi bunuh diri karena Beijing memiliki jaringan pertahanan udara yang kuat didukung oleh rudal anti-pesawat S-300 dan rudal sejenis yang dibangun China sendiri.
Penyebaran Backfire di India adalah sebagai bomber strike maritim melawan Angkatan Laut China, terutama dengan latar belakang tumbuhnya aktivitas Angkatan Laut China di Samudera Hindia.
Backfire kemungkinan akan beroperasi dari Thanjavur Air Force Base di India selatan – dan dipersenjatai dengan rudal BrahMos yang mampu melesat sejauh 300 km dan bisa dengan nyaman bisa menyerang aset angkatan laut sampai ke Seychelles.
Mereka juga dapat digunakan untuk menargetkan kapal China yang beroperasi di Laut Cina Selatan. Kemampuan terbang hingga rentang 6.800 km berarti dapat mencapai Darwin, Australia, tanpa pengisian bahan bakar udara. Jelas, pesawat tersebut akan menjadi kekuatan pengganda besar bagi India.
Jika laporan media tentang India yang hanya ingin membeli empat Backfire adalah benar, maka itu mengisyaratkan mereka akan dikerahkan sebagai bomber peran maritim strategis.
Pembom dilengkapi kemampuan untuk menerima data langsung dari satelit mata-mata yang memantau lautan. India, memiliki konstelasi satelit survei laut dan mata-mata, dapat mengakses intelijen satelit real time dan memberangkatkan para Backfire pada misi berburu kapal. Pembom juga dapat dipandu oleh pesawat pencari.
Sementara pada masa lalu Angkata Udara India mengadopsi peran strategis yang kemungkinan menjadi alasan untuk menolak Backfire.
Pembom Rusia memang akan menjadi game changer, tapi itu tidak berarti keinginan ini pasti akan menjadi kesepakatan. Dalam hal jumlah, daya tembak, rentang dan kemampuan lain, bomber ini akan langsung membuat kerdil segala sesuatu di kekuatan udara India.
Tetapi tidak boleh dilupakan bahwa Tu-22M adalah desain yang sudah berusia 40 tahun. Pesawat terakhir keluar dari jalur perakitan pada tahun 1993 sehingga pengiriman suku cadang mungkin menjadi masalah.
Flightglobal melaporkan bahwa pada tahun 1991 tingkat kemampuan misi Tu-22M hanya 30-40 persen, meskipun itu tidak benar-benar menjadi representasi sekarang mengingat tahun itu ketika ekonomi runtuh.
India seharusnya bisa membeli pesawat ini dengan harga murah ketika Uni Soviet bubar dan Moskow bertanya-tanya apa yang harus dilakukan dengan 300 Backfire yang mereka punya. Tetapi semua sudah terlambat. Hanya saja jika sekarang mereka bisa membeli empat bomber ini saja itu sudah akan memberikan India kekuatan yang langka dimiliki negara lain.