Pelan Tapi Tak Terbendung, Angkatan Laut China Memperluas Jangkauan Global

Pelan Tapi Tak Terbendung, Angkatan Laut China Memperluas Jangkauan Global

map-djibouti-300x254

Pangkalan baru China di Djibouti dapat dilihat sebagai bagian dari kebijakan di Afrika dan Timur Tengah. Desember lalu, Presiden China Xi Jinping berjanji memberikan dana US$ 60 miliar dana untuk mitra China di Afrika. Bulan berikutnya, ia mengunjungi Saudi Arabia, Mesir, dan Iran.

Selama bertahun-tahun, Saudi Arabia adalah pemasok terbesar minyak mentah untuk China (Rusia sekarang secara berkala menggantikan dalam peran tersebut), dengan perdagangan bilateral mencapai US$69,1 miliar pada tahun 2014. China akan meminjamkan Bank Sentral Mesir dana US$ 1 miliar untuk menopang cadangan devisa negara tersebut.

Xi adalah kepala negara asing pertama yang mengunjungi Teheran setelah sanksi terhadap Iran dicabut, meninggalkan 17 kesepakatan yang ditandatangani untuk meningkatkan perdagangan bilateral menjadi US$600 miliar pada dekade berikutnya.

Di luar perdagangan, Beijing juga telah mengambil minat dalam urusan geopolitik Timur Tengah. Xi mengumumkan dukungannya bagi negara Palestina penuh dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya, dan telah membuat langkah baru ke dalam proses perdamaian Afghanistan.

Media pemerintah mengatakan China “tidak pernah absen dalam kontribusi untuk perdamaian dan pembangunan di Timur Tengah,” dan bersemangat untuk berbagi “kebijaksanaan China” guna memecahkan masalah Timur Tengah.

Cara lain untuk melihat pangkalan baru China di Obock adalah sebagai unsur ekspansi angkatan laut China, didorong oleh klaim teritorial, dan keinginan untuk melawan pengaruh Amerika di halaman belakang dan daerah di mana perdagangan China dipandang sebagai masalah keamanan nasional .

Pada hari terakhir tahun 2015, juru bicara Kementerian Pertahanan China mengumumkan bahwa kapal induk kedua angkatan laut sedang dibangun di Dalian, sebuah kota di timur laut China. Yang pertama, Liaoning, dibangun oleh Uni Soviet, yang dibeli dari Ukraina pada tahun 1998, kemudian dirombak kembali oleh Beijing. Kapal kedua ini akan dibangun seluruhnya di China, meskipun desainnya lebih pada salinan dari kapal Soviet-era dengan beberapa sentuhan modern.

Kapal induk ini lebih ringan dari Liaoning tetapi dengan dek penerbangan yang sedikit lebih besar. Pilot jet tempur J-15 China dan kru kapal induk sudah berlatih di Liaoning, dan militer China mengumumkan pada akhir Desember bahwa sekarang mampu mengoperasikan pesawat dari kapal induk.

Klaim tumpang tindih di sejumlah pulau di Laut China Timur dan Laut China Selatan telah memunculkan pertempuran verbal dengan sejumlah tetangga di Asia Timur dan Tenggara, dan orang-orang terus bertengkar bahkan di ambang eskalasi.

Dari Juli hingga September tahun lalu, jet Jepang terbang bergegas 117 kali untuk mencegat dan mengawal jet China yang terbang di atas pulau-pulau yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China.

Beijing telah membangun pulau buatan di Laut China Selatan untuk memperkuat klaimnya untuk rantai pulau yang ada. Sementara di satu sisi Amerika menggelar operasi kebebasan navigasi di dekat Kepulauan Spratly. Komandan angkatan laut China, Laksamana Wu Shengli, mengatakan kepada rekan Amerika-nya, Laksamana John Richardson, bahwa insiden kecil bisa memicu perang jika Amerika Serikat tidak menghentikan “tindakan provokatif.” Hal itu disampaikan setelah kapal USS Lassen berlayar pada jarak 12 mil dari pulau yang diklaim China.

Bulan lalu, USS Curtis Wilbur, juga membuat langkah serupa dengan berlayar di dekat Kepulauan Paracel tetap dengan dasar kebebasan navigasi yang dijamin hokum internasional. Sementara China kembali mengatakan patroli AS merusak perdamaian dan ketertiban di kawasan tersebut.

Baru-baru ini, militer China menempatkan dua baterai dari delapan peluncur rudal, ditambah sistem radar canggih, di Woody Island, yang merupakan bagian dari rantai Paracel Island yang diperebutkan. Belum cukup, China juga mengerahkan kurang dari 10 jet tempur J-11 ke wilayah itu.

Next: Danau China