Sedikitnya delapan jet tempur Rafale mulai terbang dari Kapal Induk Prancis Charles de Gaulle dalam operasi anti-terorisme di kota terbesar kedua Irak, Mosul. Namun pejabat pertahanan menyatakan misi ini bukan pertanda operasi merebut Mosul telah dimulai.
Jet lepas landas dari kapal induk Charles de Gaulle pada hari Jumat di Mediterania timur untuk misi melawan ISIS. Seorang fotografer AFP di dek penerbangan mengatakan ia melihat sebanyak delapan jet lepas landas dari kapal induk.
Tetapi tidak jelas apakah pesawat dikerahkan dalam misi serangan udara atau untuk melaksanakan operasi pengawasan. (Baca juga: Pertarungan Raptor, Typhoon dan Rafale)
Namun seorang pejabat pertahanan Prancis mengatakan kepada AP dan dikutip Russia Today bahwa misi ini bukan menandai dimulainya serangan di Mosul dan menekankan bahwa kementerian tidak akan memberikan rincian lebih lanjut dengan alasan keamanan.

Selama seminggu terakhir, pesawat Prancis melakukan 32 misi dan menghancurkan empat sasaran dengan serangan udara dan dukungan terhadap pasukan Irak, AP melaporkan mengutip militer Perancis.
Kapal induk seberat 38.000 ton Charles de Gaulle dikirim ke wilayah tersebut awal September. Didukung oleh dua reaktor nuklir, kapal induk memiliki lebih dari 1.900 awak. (Baca juga: Charles de Gaulle, Raksasa Prancis Terjerat Politik )
Ini adalah ketiga kalinya kapal tersebut mengambil bagian dalam operasi militer sejak Februari 2015 untuk memberikan dukungan kepada koalisi pimpinan Amerika Serikat.

Pada hari Kamis, PBB mengatakan bahwa setidaknya 700.000 orang di Mosul akan membutuhkan bantuan setelah serangan di kota dimulai.
“Mosul memiliki potensi untuk menjadi salah satu bencana terbesar,” kata Bruno Geddo, perwakilan utama Badan Pengungsi PBB di Irak.
Washington sebelumnya mengatakan akan mengirim 600 tentara tambahan ke Irak untuk melatih pasukan lokal untuk membantu merebut kembali Mosul.

Kota terbesar kedua Irak ini telah berada di bawah kendali ISIS sejak Juni 2014. Sejak saat itu, pasukan Irak telah berhasil mendapatkan kembali petak besar di dekat wilayah tersebut dan sedang mempersiapkan untuk melaksanakan serangan dengan bantuan dukungan udara dan artileri untuk merebut kembali Mosul. Pejabat AS dan Irak mengatakan operasi ini kemungkinan akan mulai berlangsung pada pertengahan Oktober.
Prancis juga telah terlibat dalam memberikan dukungan kepada koalisi yang dipimpin Amerika Serikat di Suriah. Pada bulan Juni, Kementerian Pertahanan Prancis mengumumkan telah mengerahkan pasukan khusus ke Suriah utara untuk melatih pemberontak dan membantu mereka melawan ISIS.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2015/10/27/hembusan-badai-omnirole-rafale/