Presiden Kolombia Juan Manuel Santos dan Panglima FARC Timoleon Jimenez pada Senin 26 September 2016 sore menandatangi kesepakatan perdamaian bersejarah di Kota Cartagena yang mengakhiri konflik 52 tahun.
Dalam satu upacara khusus yang dihadiri oleh para pemimpin dunia, kedua pemimpin tersebut menandatangani kesepakatan perdamaian untuk memulai babak baru dalam sejarah negara itu.
Di podium, dengan ditemani oleh presiden Kuba, Ekuador dan negara lain Amerika Latin, serta Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Santos dan Jimenez menandatangani kesepakatan tersebut dengan menggunakan pupen yang terbuat dari peluru untuk melambangkan peralihan ke perdamaian.
Beberapa pesawat terbang di udara dengan mengibarkan bendera Kolombia.
Penandatanganan itu dilakukan setelah empat tahun perundingan di Ibu Kota Kuba, Havana.
Kedua pihak sampai pada kesepakatan mengenai lima poin: pembangunan pedesaan, keikut-sertaan FARC dalam kehidupan politik, berakhirnya konflik, perang melawan penyelundup narkotika dan rehabilitasi korban.
Langkah terakhir akan dilakukan pada 2 Oktober, ketika rakyat Kolombia memberi suara apakah akan menerima kesepakatan tersebut. Beberapa jajak pendapat baru-baru ini memperlihatkan kebanyakan mendukungnya.
Konflik antara Pemerintah Kolombia dan Angkatan Bersenjata revolusioner Kolombia (FARC) meletus pada 1960-an sebagai perlawanan mengenai hak atas lahan. Konflik itu telah menewaskan 220.000 orang dan membuat jutaan orang lagi kehilangan tempat tinggal.
Baca juga: