Para pejabat pertahanan AS mengatakan rencana untuk meluncurkan operasi militer bersama dengan Rusia ditahan karena kekerasan terus berlanjut di Suriah yang melanggar tujuh hari perjanjian gencatan senjata yang dicapai oleh AS dan Rusia pada 9 September
“Ini bukan visi yang dimasukkan ke dalam kesepakatan tujuh hari yang lalu,” kata Juru Bicara AS Central Command Kolonel John J. Thomas mengacu pada laporan serangan udara dilanjutkan oleh rezim Suriah.
“Kami tidak akan bergerak maju sampai diplomat dan pemimpin senior memberitahu kita untuk itu,” kata Thomas saat konferensi pers Selasa 20 September 2016 sebagaimana dikutip Defense News.
Kesepakatan gencatan senjata menyerukan dua mantan musuh Perang Dingin untuk mendirikan fasilitas bersama untuk berbagi intelijen dan koordinasi serangan udara terhadap ISIS dan al Nusra. AS sebelumnya tidak mentargetkan al Nusra.
Persyaratan utama untuk kerjasama itu bisa dijalankan adalah kepatuhan terhadap gencatan senjata tujuh hari yang mewajibkan rezim Suriah dan Rusia menghentikan serangan di sekitar kota Aleppo, yang telah mengalami situasi paling mengerikan selama perang, dan memungkinkan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
Tapi serangan-serangan terus dilakukan, termasuk pemboman konvoi bantuan yang membawa makanan yang disediakan oleh PBB untuk daerah pedesaan dekat Aleppo pada Senin 19 September. Komite Internasional Palang Merah mengatakan serangan menewaskan 20 orang dan melanggar hukum internasional.
Secara teknis, kerja sama militer antara AS dan Rusia akan dimulai Selasa. Tapi pelanggaran gencatan senjata telah menghentikan rencana itu.
“Kami belum punya kontak [dengan Rusia] sama sekali karena kami tidak berwenang untuk itu,” kata Thomas.
“Kami sedang menunggu untuk melihat apa yang diminta untuk kita lakukan,” kata Thomas.
Juga pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri John Kerry dan timpalannya dari Rusia, Sergei Lavrov, bertemu di New York untuk berbicara tentang kesepakatan gencatan senjata.
Para pejabat militer AS telah mengkritik rencana operasi militer terkoordinasi dengan Rusia. Banyak pemimpin militer mengatakan Rusia tidak bisa dipercaya dan operasi militer bersama AS-Rusia akan sangat kompleks.
AS dan Rusia telah mendukung faksi yang berbeda dalam perang sipil rumit Suriah. AS telah membatasi serangan udara untuk ISIS dan akhirnya ingin melihat Presiden Suriah Bashar Assad non aktif. Rusia menargetkan militan al Nusra dan mendukung rezim Assad.