Setelah serangan pesawat Amerika terhadap posisi pasukan Suriah yang menewaskan 62tentara, Rusia akhirnya membuka detil kesepakatan antara Amerika dan Rusia terkait misi di Suriah. Amerika ngotot untuk tidak mau membuka detil kerjasama tersebut kepada siapapun.
Detil perjanjian itu diungkapkan utusan Rusia untuk PBB Vitaly Churkin yang memberikannya kepada wartawan tentang beberapa ketentuan dari perjanjian Moskow-Washington di Suriah.
“Karena alasan yang kita tidak bisa benar-benar mengerti, AS tidak setuju untuk membagi dokumen ini dengan Anda dan bahkan dengan perwakilan dari Dewan Keamanan PBB. Tapi saya akan membaca dua fragmen dari dokumen ini untuk membuat jelas,” kata Churkin wartawan setelah pertemuan darurat Dewan Keamanan.
Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan setelah pesawat-pesawat tempur koalisi pimpinan AS menyerang pasukan Angkatan Darat Suriah, Sabtu 17 September 2016.
Dua jet tempur F-16 dan dua pesawat serangan darat A-10 memasuki wilayah udara Suriah dan membom posisi Tentara Suriah di dekat Deir ez-Zor mengakibatkan setidaknya 62 personel tewas. Komando Sentral AS kemudian mengatakan bahwa serangan udara itu merupakan kecelakaan.
Moskow bersikeras mengungkapkan dokumen-dokumen kepada publik untuk mencegah spekulasi dan salah tafsir. AS belum memutuskan apakah akan menerbitkan teks perjanjian itu atau tidak.
“Rusia dan Amerika Serikat akan mengambil upaya bersama untuk menstabilkan situasi di Suriah, termasuk langkah-langkah khusus di dekat Aleppo. Prioritas memisahkan wilayah yang dikuasai oleh ISIS dan al-Nusra Front dari wilayah yang dikuasai oleh pasukan oposisi moderat, serta memisahkan pemberontak moderat dari kelompok militan al-Nusra Front, ” kata Churkin mengutip isi perjanjian sebagaimana dikutip Sputnik Minggu 18 September 2016.
Dia juga mengutip dokumen yang disepakati antara Washington dan Moskow pada bulan Juli. “Tujuan dari Joint Implementation Group adalah membangun koordinasi yang luas antara Amerika Serikat dan Federasi Rusia. Para pihak, AS dan Rusia, akan bekerja sama dalam kerangka sebuah Joint Implementation Group untuk mengalahkan al-Nusra Front dan ISIS. Mereka akan bekerja untuk mempertahankan gencatan senjata dan mendukung proses transisi politik yang dijelaskan dalam Resolusi 2254 Dewan Keamanan PBB,” kata Churkin.
Menurut dia, ketentuan lain tentang isu-isu kemanusiaan dan situasi di lapangan.
“Persiapan mereka adalah sangat penting. Mereka bisa mengubah situasi dan mengintensifkan upaya melawan al-Nusra Front dan ISIS. Mereka juga bisa menciptakan kondisi yang lebih baik untuk proses politik,” tambah utusan khusus itu.
Awal pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengomentari masalah ini. “Satu-satunya alasan mengapa mereka tampaknya tidak ingin membuka ke publik karena masyarakat internasional, serta publik Amerika dan Rusia akan segera mencari tahu siapa yang tidak mematuhi kesepakatan itu,” kata Putin.
Presiden menekankan bahwa militan al-Nusra Front harus dipisahkan dari kelompok oposisi namun Washington belum membuat kemajuan pada masalah itu.
Baca juga:
Rusia vs Amerika (I): Kelahiran Kembali Antagonis Perang Dingin