More

    Melacak Jejak Kapal Perang Rusia di Indonesia pada Perang Rusia-Jepang

    on

    |

    views

    and

    comments

    Hubungan militer Rusia dan Indonesia mengalami pasang surut. Sempat runtuh setelah pemberontakan PKI tahun 1966, kini hubungan kedua negara kembali menguat.

    Kontak militer Rusia bahkan telah ada sejak era Indonesia masih dikenal sebagai Hindia Belanda. Kala itu, keinginan Rusia untuk melabuhkan kapal-kapal perangnya justru nyaris menimbulkan konflik internasional antara Jepang, Rusia, dan negara pendahulu Indonesia sebelum mendapatkan kemerdekaannya, Hindia Belanda.

    Memasuki abad ke-20, situasi politik di Asia Timur memanas. Rusia dan Jepang berambisi untuk mendapatkan supremasi politik dan militer di Manchuria, China bagian utara. Rusia sudah mengontrol Manchuria sejak tahun 1898 dan membangun jaringan rel kereta api serta membentengi kota pelabuhan Port Arthur (sekarang bernama Lushun). Sementara, Jepang mengendalikan Semenanjung Korea setelah berhasil mengalahkan Tiongkok dalam Perang Sino-Jepang Pertama (1894 – 1895).

    Manchuria adalah sebuah wilayah kuno di sebelah timur laut Tiongkok dekat perbatasan dengan Korea Utara dan Rusia.

    Pada 13 November 1902, kapal perang Pobeda dan Retvizan, serta kapal penjelajah Bogatyr, Diana, dan Pallada dikirim dari Laut Baltik ke Port Arthur untuk mempertegas ambisi Rusia di Manchuria. Kapal-kapal ini harus berhenti beberapa kali di beberapa pelabuhan untuk mengisi bahan bakar batu bara, salah satunya di Pelabuhan Sabang, Aceh, ujung utara Pulau Sumatra.

    Pelabuhan Sabang, yang terletak di Pulau Weh, letaknya strategis sebagai pintu masuk pelayaran dan perdagangan di Sumatra dan Selat Malaka. Dibuka pada tahun 1883 oleh firma De Lange & Co., pelabuhan ini awalnya digunakan sebagai pangkalan batu bara untuk Angkatan Laut Hindia Belanda. Sabang kian berkembang setelah dikelola oleh perusahaan Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) pada tahun 1895.

    “Perusahaan ini berangsur-angsur membangun Sabang dari sebuah pangkalan untuk memasok pasukan menjadi pelabuhan bebas yang penting,” tulis Anthony Reid dalam Asal Mula Konflik Aceh.

    Sebagai pelabuhan bebas, kapal-kapal asing dapat berlabuh dan berdagang di Sabang tanpa melanggar wilayah dan hukum teritorial Hindia Belanda.

    Kapal-kapal Rusia tiba di Sabang untuk mengisi batu bara pada Maret 1903, seperti dilaporkan koran Bataviaasch nieuwsblad tanggal 31 Maret 1903. Mereka berlayar kembali dan sampai di Port Arthur pada 4 Mei 1903 dan bergabung dengan kapal-kapal dari Vladivostok untuk membentuk Armada Timur Jauh.

    Next: Jepang Marah
    Share this
    Tags

    Must-read

    Sebagian Misi Kami Melawan Channel Maling Berhasil

    Sekitar 3 tahun Channel JejakTapak di Youtube ada. Misi pertama dari dibuatnya channel tersebut karena banyak naskah dari Jejaktapak.com dicuri oleh para channel militer...

    Rudal Israel dan Houhti Kejar-kejaran di Langit Tel Aviv

    https://www.youtube.com/watch?v=jkIJeT_aR5AKelompok Houthi Yaman secara mengejutkan melakukan serangan rudal balistik ke Israel. Serangan membuat ribuan warga Tel Aviv panic dan berlarian mencari tempat perlindungan. Serangan dilakukan...

    3 Gudang Senjata Besar Rusia Benar-Benar Berantakan

    Serangan drone Ukraina mengakibatkan tiga gudang penyimpanan amunisi Rusia benar-benar rusak parah. Jelas ini sebuah kerugian besar bagi Moskow. Serangan drone Ukraina menyasar dua gudang...

    Recent articles

    More like this