Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan pasukan khusus Amerika Serikat harus meninggalkan bagian selatan Filipina karena mereka dinilai menghambat upaya kontra-terorisme yang dilakukan Manila.
Sejak tahun 2002, militer AS telah mengerahkan pasukan di selatan pulau Jolo dan Basilan untuk melawan Abu Sayyaf, sebuah organisasi sayap al-Qaeda yang muncul pada awal 1990-an.
Kelompok ini sering menculik orang asing untuk meminta uang tebusan. Pada 2015 hanya pasukan khusus unit kecil memberikan pelatihan tetap.
“Pasukan khusus, mereka harus pergi. Mereka harus pergi dari Mindanao. Jika mereka [Abu Sayyaf] melihat seorang Amerika, mereka akan membunuhnya. Mereka akan menuntut uang tebusan kemudian membunuhnya bukan berarti aku tidak menghormat mereka dan saya tidak ingin keretakan dengan Amerika. Tapi mereka harus pergi,” kata Duterte seperti dikutip di surat kabar The Philippine Star Senin 12 September 2016.
Hubungan AS-Filipina saat ini pada titik terendah setelah Washington mengutuk pembunuhan extrajuridical ribuan orang yang diduga terlibat dengan kegiatan obat di Filipina.
Duterte sendiri menantang keras Amerika dengan menyatakan Washington tidak perlu mengajari soal PBB kepada mereka. Bahkan Presiden AS Obama membatalkan rencana bertemu dengan Presiden Filipina setelah Duterte mengatakan Obama dengan umpatan kasar.
Baca juga: