Sejumlah platform Angkatan udara China mulai dari unit pengebom, tempur, pesawat deteksi dini dan pengisi bahan bakar pada Senin 12 September 2016 terbang melintasi Terusan Bashi yang memisahkan Taiwan dan Filipina untuk menjalani latihan militer di Pasifik Barat.
Militer China menyatakan, langkah itu merupakan latihan normal yang sudah direncanakan, dijalankan tiap tahun sesuai dengan hukum dan praktik internasional.
“Langkah ini dilakukan demi meningkatkan kemampuan angkatan udara menjaga kedaulatan nasional, melindungi keamanan dalam negeri, dan menjamin perdamaian via latihan militer,” kata angkatan udara dalam laman resminya.
“Pelatihan semacam ini cukup umum untuk negara pesisir, bahkan biasa dilakukan demi membangun pertahanan nasional serta meningkatkan kemampuan militernya,” tambahnya.
Angkatan udara akan menerbangkan armada di atas garis kepulauan pertama via latihan secara berkala, ujar pihak militer. Area tersebut merujuk ke Kepulauan Ryukyu di Jepang dan Taiwan, pulau dengan pemerintahan sendiri.
Antisipasi terhadap peringatan dan pengisian bahan bakar merupakan bagian dari agenda latihan. Keduanya dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan tempur angkatan udara saat jauh dari pangkalan, tambahnya.
China telah meningkatkan penelitian untuk mengembangkan peralatan militer baru yang canggih, diantaranya termasuk jet siluman, kapal selam, armada kapal perang, dan misil antisatelit. Langkah itu tampaknya cukup meresahkan negara di kawasan dan Amerika Serikat.
Angkatan udara dan laut China telah mengasah kemampuan untuk bertempur jauh dari pantai. Salah satunya, pesawat tempur China sempat diterbangkan melintasi Selat Miyako, perairan yang memisahkan Kepulauan Miyako di Jepang dengan Okinawa, menuju ke Pasifik belum lama ini.
Baca juga: