Pada bulan Maret 2016 Angkatan Laut Amerika Serikat menyatakan AGM-154C1 JSOW (Joint Stand Off Weapon) siap untuk digunakan.
Hal ini muncul setelah lebih dari satu dekade pembangunan, pengujian dan tweaking untuk mendapatkan versi JSOW yang dipercaya bisa memukul kapal bergerak.
Pengembangan JSOW dimulai pada tahun 1990-an dan awalnya menggunakan GPS. Tidak ada banyak permintaan untuk versi ini dan Angkatan Udara AS kehilangan minat dan angkatan laut terus menginginkannya..
JSOW pada dasarnya adalah sebuah bom pintar dengan sayap yang memungkinkan untuk meluncur hingga 70 kilometer dari pesawat yang menembakannya, untuk target di darat.
Rentang sekitar 25 kilometer jika dijatuhkan dari ketinggian rendah. JSOW juga memiliki sirip dan perangkat lunak rumit yang memungkinkan untuk mengikuti rute tertentu. Seperti bom pintar bersayap JDAM, JSOW dirancang untuk menggunakan GPS dan bimbingan inersia (sebagai cadangan) untuk menemukan target. Seperti JDAM, JSOW akan memukul jarak 10 meter (32 kaki) dari titik tujuan.
AGM-154C1 membawa hulu ledak 361 kg (794 pon) yang dapat menembus beton atau bumi sebelum meledakkan bahan peledak tinggi yang dibawanya.
Model ini berisi link video yang memungkinkan untuk memukul target yang sangat kecil (seperti pergi melalui jendela). Versi C1 ini juga mampu mencapai target bergerak.
Beberapa JSOW digunakan di Irak (antara 1999 dan 2003) dan Afghanistan (2001) . Tetapi dalam banyak kasus, JDAM yang jauh lebih murah melakukan pekerjaan baik. Harga JDAM sekitar sepersepuluh biaya JSOW.
Tetapi jika melawan musuh yang lebih kuat seperti China, Suriah, Iran atau Korea Utara JSOW akan lebih berguna. Hal ini salah satunya penambahan data link dua arah dan sistem pedoman yang lebih akurat untuk JSOW untuk menghantam target kecil dan sasaran bergerak.