Wakil Menteri Pertahanan Rusia Yuri Borisov mengatakan bahwa produksi massal dari jet tempur generasi kelima T-50 PAK FA akan dimulai pada tahun 2017. Kementerian Pertahanan pada tahap awal berencana membeli setidaknya satu skuadron pesawat.
“Produksi massal dari PAK FA menurut rencana akan mulai pada 2017. Kami akan membeli setidaknya satu skuadron pesawat ini di batch pertama,” kata Borisov kepada wartawan di Army Forum -2016 di dekat Moskow sebagaimana dikutip Sputnik Rabu 7 September 2016.
T-50, dilengkapi dengan avionik canggih dan sistem penerbangan serba digital, direncanakan untuk menjadi yang pesawat siluman pertama yang beroperasi Aerospace Angkatan Rusia.
Meski media Rusia kerap mengolok-olok program F-35 sebagai pesawat penuh masalah, pembangunan T-50 sendiri juga tidak lepas dari berbagai persoalan. Pesawat ini telah didera berbagai isu baik dari kualitas mesin, kemampuan siluman yang diragukan serta penundaan program.
Bahkan India juga sempat ragu apakah akan meneruskan pembangunan jet tempur generasi kelima yang didasarkan pada T-50. Langkah terakhir India untuk mengupgrade Su-30MKI mereka menjadi Super Flanker dinilai banyak pihak sebagai tanda kegagalan program T-50.
Setelah menghadapi kesulitan teknis dan ekonomi yang serius, Rusia telah secara dramatis mengurangi program pembangunan jet tempur siluman pertama mereka. Moskow menunda akuisisi skala besar pesawat tempur generasi kelima Sukhoi T-50.
T-50, seperti hampir semua pesawat siluman sebelumnya, telah terbukti mahal dalam pengembangnanya meskipun seberapa persis biaya yang dibutuhkan tetap menjadi rahasia yang dijaga ketat. Pesawat yang dibangun untuk menghindari radar membutuhkan pekerjaan desain yang cermat, pengujian ekstensif dan bahan eksotis untuk konstruksi mereka. Semua fitur ini akan membutuhkan biaya dua hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan membangun pesawat non siluman.
Dalam enam tahun, enam prototipe T-50 telah menyelesaikan hanya 700 tes penerbangan, menurut sebuah artikel baru-baru di majalah Combat Aircraft yang ditulis Piotr Butowski, seorang ahli penerbangan militer Rusia.
Sebagai perbandingan, Lockheed dan Angkatan Udara AS membangun delapan pesawat uji F-22 dan mereka melakukan 3.500 kali uji terbang antara 1997 dan 2005. Sepertinya T-50 bahkan tidak cukup handal untuk menjalani pengujian intensif.
Cacat hitam juga terjadi pada 10 Juni 2014, ketika prototipe T-50 kelima yan saat itu berusia kurang dari satu tahun mengalami kebakaran mesin saat taxi. Kerusakan begitu buruk hingga Sukhoi harus menghentikan produksi prototipe keenam dan menggunakan bagian-bagiannya untuk membangun kembali pesawat terbakar.
Angkatan udara India, yang mempertimbangkan untuk membeli versi T-50, mengeluhkan kurangnya dalam hal kinerja dan fitur teknis lainnya
Pengembangan T-50 semakin lambat dan mahal ketika pemerintah asing menerapkan sanksi pada Rusia mulai 2014 setelah aneksasi ke Krimea Ukraina. Selain itu jebloknya harga minyak juga telah menjadikan ekonomi Rusia tersedak. Pada tahun 2015 Rusia memasuki resesi dengan ekonominya menyusut 3 persen dalam satu tahun.
Tidak mengherankan, pada bulan Maret 2015, Wakil Menteri Pertahanan Yuri Borisov mengumumkan bahwa Rusia akan mengurangi pesanannya. Kremlin mengatakan hanya akan membeli selusin T-50 pada tahun 2020, bukan 60 seperti rencana awal.
Baca juga: