Kapal Penjaga Pantai Bisa Goyahkan Situasi Laut China Selatan
Yonhap

Kapal Penjaga Pantai Bisa Goyahkan Situasi Laut China Selatan

Sementara ada resiko konflik laut besar-besaran mendominasi kekhawatiran di perairan Laut China Selatan, bahaya sejumlah insiden yang melibatkan penjaga pantai sebaiknya tidak diremehkan.

Meningkatnya tindakan tegas yang dilakukan oleh kapal-kapal penjaga pantai China di Laut China Selatan beresiko menggoyahkan wilayah itu.

Para peneliti Pusat Strategi dan Studi Internasional (CSIS) di Washington dalam survey yang diterbitkan di situs ChinaPower pada Rabu 7 September 2016 menyebutkan sekitar 45 bentrokan di Laut China Selatan sejak 2010.

Bonnie Glaser, dari CSIS menyatakan riset itu mencantumkan sejumlah bentrokan yang melibatkan beragam negara dan bermacam kendaraan yang digunakan, namun langkah yang dilakukan oleh penjaga pantai China mendominasi data yang ada.

Dalam data tersebut, pihak penjaga pantai China terlibat dalam 30 kasus, sebanyak duapertiga dari jumlah keseluruhan.

Empat kasus lainnya melibatkan sebuah kapal angkatan laut China yang beroperasi dalam langkah penegakan hukum.

“Buktinya telah jelas bahwa terdapat sebuah pola perilaku dari China yang berseberangan dengan apa yang biasanya melibatkan penegak hukum,” kata Glaser sebagaimana dikutip Reuters.

“Kami melihat gangguan dan penabrakan kapal-kapal dari sejumlah negara yang memiliki kapal-kapal penjaga pantai dan kapal nelayan yang lebih kecil, seringkali untuk menegaskan kedaulatan di Laut China Selatan”.

Penelitian itu mencantumkan perseteruan maritim antara Beijing dengan Hanoi atas penempatan sebuah tambang minyak di lepas pantai Vietnam pada 2014, begitu pula dengan ketegangan yang mengarah kepada pendudukan China di Scarborough di lepas pantai Filipina 2012 lalu.

Penelitian itu diterbitkan saat kapal-kapal penjaga pantai dan milik China lainnya kembali ke Scarborough, yang memicu adanya keluhan dari Manila. Pihak Filipina mengatakan pada Rabu bahwa mereka mencari klarifikasi dari China terkait peningkatan jumlah kapal dekat dangkalan terkait.

Otoritas Kelautan Nasional China, yang memantau para penjaga pantai, tidak mengeluarkan komentar terkait hasil penelitian itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan bahwa dirinya meyakini bahwa itu merupakan hal yang normal dimana kapal-kapal penjaga pantai China melakukan patroli dan mempertahankan ketertiban maritim di perairan yang ada dalam kewenangan China.

“Kami berharap pihak-pihak yang relevan dapat berhenti memperbesar informasi seperti ini, dan berhenti menebar kekacauan dan ketegangan,” ia mengatakan dalam sebuah pengarahan berita di Beijing.

Penelitian itu menjelaskan insiden dimana penjaga pantai atau angkatan laut sebuah negara telah menggunakan langkah koersif yang lebih besar daripada langkah penegakan hukum yang dilakukan selama ini.

Dalam jangka pendek, Glaser mengatakan bahwa dia meyakini resiko luka atau kematian dapat memburuk saat bentrok dengan warga sipil daripada bentrok dengan angkatan laut yang berpatroli di Laut China Selatan, dikarenakan jumlah dan tingkat insiden yang terjadi belakangan ini.

Survei itu juga menyebutkan bahwa hasil penelitian menunjukkan penyatuan armada maritim China pada 2013, ditingkatkan dengan adanya peningkatan anggaran, telah menjadikannya sebagai penjaga pantai terbesar di dunia.

Menurut Kantor Intelijen Angkatan Laut Amerika Serikat saat ini mereka mengerahkan sekitar 205 unit kapal, termasuk 95 kapal dengan berat lebih dari 1.000 ton yang menjadikannya sebagai angkatan laut terbesar dibandingkan dengan negara lain di sekitarnya, termasuk Jepang.