Australia Batalkan Dua Konser Peringati Kematian Mao Zedong
Wikipedia

Australia Batalkan Dua Konser Peringati Kematian Mao Zedong

Dua kota terbesar Australia, Sydney dan Melbourne, membatalkan konser memperingati kematian mantan pemimpin komunis China Mao Zedong karena alasan keamanan.

Pembatalan dilakukan setelah warga mengeluh acara tersebut tidak peka dan dinilai memuja orang yang bertanggungjawab terhadap kematian ribuan orang.

Kejadian tersebut menandakan masih ada pengaruh Mao di kalangan warga China, baik di dalam maupun luar negeri, empat dasawarsa setelah kematiannya.

Di China ketenaran Mao muncul kembali, dengan gambarnya menghiasi uang kertas dan jenazahnya  yang dibalsem menarik ratusan, bahkan ribuan, pengunjung tiap hari ke Beijing.

Namun, masih ada kritikan di kalangan warga China mengenai pemerintahannya, saat puluhan juta orang tewas.

Selama berminggu-minggu, warga China di Sydney dan Melbourne memprotes bahwa konser bertajuk “Glory and Dream” itu, yang dijadwalkan pada September di balai kota keduanya, memperlakukan layaknya orang penting pemimpin tersebut, yang bertanggung jawab atas jutaan kematian.

Pada Kamis, juru bicara Kota Sydney mengatakan dalam surat elektroniknya bahwa setelah berembuk dengan polisi, dewan kota memiliki “kekhawatiran atas peluang gangguan warga, bentrok antar-rekan dan antara petugas dengan pelanggan serta membatalkan acara tersebut.

Juru bicara tersebut mengatakan penyelenggara konser yang telah memesan tempat dan mengatur konser tanpa keterlibatan dewan, juga memutuskan bahwa acara tersebut “berisiko tinggi mengganggu dan meningkatkan risiko keamanan pribadi”.

Juru bicara Kota Melbourne mengatakan konser tersebut juga dibatalkan di kotanya, namun ia menolak memberikan alasan dan mengatakan bahwa hal tersebut sudah menjadi keputusan penyelenggara.

Penyelenggara konser yang merupakan pengembang Sydney, Peter Zhu mengatakan melalui telepon bahwa ia hanyalah “sponsor” dan menolak berkomentar lebih jauh. Penyelenggara lain, sebuah kelompok bernama Asosiasi Pertukaran Budaya Internasional tidak menjawab surat elektronik maupun telepon. Mao, yang meninggal pada 1976, masih menjadi tokoh polarisasi di China.

Meski Partai Komunis berkuasa mengakui bahwa Mao membuat kesalahan, belum ada pertanggungjawaban resmi atas kerusuhan Revolusi Kebudayaan atau jutaan kematian akibat kelaparan selama program Lompatan Jauh Ke Depan pada 1958-1961.

Namun, ia juga menjadi lambang penting kelompok sayap kiri dalam Partai Komunis, yang merasa bahwa reformasi berbasis pasar selama tiga dasawarsa berjalan terlalu jauh, menciptakan ketidaksetaraan warga, seperti, jurang dalam antara kaya dan miskin serta korupsi, yang mengakar.

Perbedaan terkait Mao terutama diungkapkan di Australia, rumah bagi salah satu komunitas terbesar China di luar negeri, dimana lebih dari satu juta dari 24 juta populasi Australia adalah kelahiran China atau mengaku memiliki keturunan China.

Di Australia, petisi dalam talian menyeru dewan kota menarik tempat konser, dan mendapat dukungan dari sekitar 3.000 orang hingga Kamis 1 September 2016.