Harapan Boeing bahwa Phantom Eye high-altitude long-endurance unmanned aerial vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak ketinggian tinggi jarak jauh untuk kembali ke langit telah berakhir. Angkatan Udara AS (USAF) menyatakan satu-satunya prototipe pesawat ini akan dikirim ke museum.
Uji coba penerbangan dari Phantom Eye bertenaga hidrogen cair berakhir di Edwards Air Force Base (AFB) pada bulan September 2014.
Perusahaan ini telah mengatakan kepada wartawan pada pertengahan 2015 bahwa mereka berharap untuk kembali membawa pesawat ke langit, dan hal itu sedang dalam pembicaraan dengan organisasi militer dan komersial.
Namun, IHS Jane melaporkan USAF telah secara efektif mengakairi ambisi ini dengan mengungkapkan pada 26 Agustus bahwa eksperimental Phantom Eye akan dipamerkan di museum.
Pengungkapan tersebut dibuat bersamaan dengan sebuah gambar yang diposting di situs layanan yang menunjukkan Phantom Eye dibongkar dan dipindahkan ke Edwards AFB beberapa hari sebelumnya pada 17 Agustus.
Keterangan foto itu menyebutkan setelah di pangkalan, pesawat akan menunggu untuk reassembly dan perbaikan guna ditampilkan sebagai bagian dari Museum Flight Test Angkatan Udara.”
Phantom Eye dikembangkan oleh Boeing Phantom Works untuk menunjukkan kemampuan pengawasan lama dan kemampuan membawa beban 450 lb (204 kg) dengan terbang lebih dari empat hari pada ketinggian 65.000 ft.
Drone ini memiliki lebar sayap 45,7 m, pesawat tak berawak tersebut didorong oleh dua mesin empat silinder Ford 2.3 yang menggunakan hidrogen cair. Sembilan sortie tes diterbangkan selama dua tahun kampanye uji terbang prototipe.
Boeing sebelumnya mengungkapkan rencana untuk versi pesawat yang 40% lebih besar dan bisa di udara hingga 10 hari dengan membawa muatan hingga 1.000 lb (atau tujuh hari dengan 2.000 lb). Tidak jelas apakah program ini berjalan.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2015/12/21/5-drone-paling-mematikan/