Seiring ketegangan yang terus berlangsung di Laut China Selatan dan di semenanjung Korea, Beijing telah memasukan sistem rudal permukaan ke udara generasi ketiga dalam layanan.
“Melalui inovasi, pasukan pertahanan udara sekarang memiliki rudal ancaman jauh jarak, jarak menengah dan jarak pendek pada ketinggian tinggi, sedang dan rendah,” kata juru bicara Angkatan Udara China Shen Jinke dalam sebuah pernyataan yang dirilis di situs Kementerian Pertahanan China dan dikutip International Business Times Minggu 29 Agustus 2016.
“Kemampuan sistem pertahanan udara dan anti-rudal China telah sangat meningkat. Pasukan darat ke udara kami sekarang memiliki kekuatan yang kuat untuk menjaga kedaulatan wilayah udara China.”
Di Laut China Selatan, Beijing dan Washington berselisih mengenai konstruksi pulau buatan oleh China di wilayah laut yang disengketakan. Amerika Serikat menuduh China berupaya untuk mendirikan zona pertahanan udara, sementara Beijing menegaskan memiliki hak untuk membangun wilayahnya sendiri dan bahwa pulau ini akan digunakan terutama untuk tujuan sipil.
Ketegangan juga meningkat di Semenanjung Korea setelah Pyongyang terus menggeber uji rudal mereka. Hal ini mendorong kesepakatan Amerika dan Korea Selatan untuk menginstal sistem rudal pertahanan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan. Hal ini juga merupakan titik pertikaian dengan Beijing yang menyebut sistem itu juga mengancam keamanan nasional China dan Rusia.