Angkatan Udara AS memiliki senjata baru yang diyakini secara substansial akan meningkatkan kemampuan menghancurkan dari pembom jarak jauh B-52 Statofortress.
Pada minggu lalu Angkatan Udara AS menjatuhkan tiga Joint Attack Surface Standoff (JASSM) dari pembom berat B-52 Statofortress guna mendemonstrasikan kemampuan pesawat untuk melepaskan JASSM dari Conventional Rotary Launcher (CRL) di teluk senjata internal pesawat ini
JASSM dijelaskan di situs web Lockheed Martin sebagai rudal presisi udara ke darat jarak jauh konvensional yang digunakan oleh Amerika Serikat dan pasukan sekutu. Senjata tersebut dirancang untuk menghancurkan target yang sangat kuat seperti bangunan beton dengan tingkat akurasi tinggi.
Senjata ini unik karena membuat awak pesawat bisa melakukan serangan dari luar jangkauan sistem pertahanan udara musuh yang memungkinkan pasukan AS untuk menimbulkan kerusakan maksimum terhadap sasaran musuh tanpa mengorbankan keamanan personel.
Rudal ini memiliki jangkauan operasional lebih dari 370 kilometer dengan membawa 1.000 pound (450kg) hulu ledak dan mencapai target pada kecepatan supersonik.
Biaya per unit senjata ini mencapai US$ 700.000 atau sekitar Rp9,1 miliar. Mahalnya harga memastikan senjata ini hanya akan digunakan untuk target bernilai tinggi.
B-52 Statofortress saat ini dapat membawa sebanyak 12 JASSM pada tiang sayap, tetapi integrasi CRL di teluk senjata internal memungkinkan pesawat untuk menambah delapan rudal mematikan tersebut atau meningkat lebih dari 60%.
Menurut Angkatan Udara Amerika Serikat tes penembakan JASSM dari B-52 dilakukan di dekat Wright-Patterson Air Base di Ohio pada hari Senin, 22 Agustus. Angkatan Udara AS kepada IHS Jane mengatakan tes memerlukan upgrade besar untuk perangkat lunak JASSM di samping update hardware untuk peluncur rotary internal B-52.