Site icon

Filipina ke China: Anda Masuk, Kita akan Konfrontasi Berdarah

Xinhua/Sputnik

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mulai angkat bicara untuk meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan. Secara berapi-api dia mengancam akan melakukan konfrontasi berdarah terhadap negara yang melanggar kedaulatan negaranya. Dia menegaskan Manila akan “dengan senang hati memukuli” pihak manapun yang mencoba untuk mengambil kendali dari Scarborough Shoals yang disengketakan

Pernyataan keras itu dikeluarkan pemimpin Filipina setelah sebelumnya dia juga mengeluarkan statemen kontroversial yang mengancam akan keluar dari PBB jika lembaga tersebut terus mempersoalkan agresivitas pemerintah dalam “perang melawan narkoba” yang telah mengakibatkan lebih dari 1.900 orang mati selama delapan minggu terakhir.

Sambil tertawa dia juga mengeluarkan pernyataan yang mengacu pada Menteri Luar Negeri AS John Kerry yang disebutnya sebagai “gila”.

“Saya jamin ke [China], jika Anda masuk di sini, itu akan menjadi berdarah, dan kami tidak akan memberikan kepada mereka dengan mudah. Ini akan menjadi tulang tentara kami,” kata Duterte sebagaimana dikutip Sputnik dari Associated Press Minggu 28 Agustus 2016.

“Kami tidak akan membiarkan negara manapun untuk memperdaya [kami]. Kami tidak akan membiarkan hal itu.”

Filipina sebelumnya memenangkan gugatan di Pengadilan Arbitrase yang menolak klaim China di sebagian besar wilayah Laut China Selatan. China segera mengecam putusan itu hingga ketegangan semakin panas.

“Saya berharap China berurusan dengan kami dengan itikad baik. Mereka tampaknya menjadi damai. Kami tidak bersikeras pada penilaian arbitrase, saya tahu mereka sedang mendengarkan kami sekarang, mereka dapat memantau kita melalui satelit.”

Kekuatan militer Filipina jelas tidak sebanding dengan China yang memiliki personel terbesar di dunia yakni mencapai 2,3 juta personel aktif. China juga memiliki armada laut dan udara yang sangat kuat.

Namun, Filipina memiliki aliansi militer dengan Amerika Serikat yang hampir pasti akan berdiri di belakang mereka jika diserang oleh China. Hal ini sesuai dengan Mutual Defense Treaty ditandatangani pada 30 Agustus 1951.

 

Exit mobile version