Angkatan Darat Amerika sedang mengevaluasi teknologi radio vehicle-mounted yang memungkinkan Strykers, truk taktis, HMMWV dan Mine Resistant Ambush Protected vehicles bisa berbagi data dan informasi pertempuran real-time.
Radio baru, yang disebut Mid-tier Networking Vehicular Radio (MNVR), baru-baru ini diuji dalam berbagai skenario tempur dengan medan kasar, daerah pegunungan, daerah hutan dan vegetasi yang lebat untuk menilai kemampuannya berbagi informasi melalui berbagai bentuk gelombang-bandwidth tinggi.
Sebagaimana dilaporkan Scout Warrior konsep di balik teknologi ini, disebut sebagai software radio diprogram, adalah untuk memungkinkan semua kekuatan tetap bisa saling berbagi ketika sistem satelit Amerika dinonaktifkan karena serangan musuh.
“Pengujian Mid-tier Networking Vehicular Radio, memanfaatkan sekitar 85 MNVR untuk memberikan suara, data dan komunikasi dan konektivitas dari satu batalion operasional ke brigade. Pengujian dilakukan di berbagai daerah termasuk daerah hutan,” kata Paul Mehney, Communication Director for Program Executive Office Command, Control and Communications.
MNVR, yang dibuat oleh Harris Corp, menggunakan enkripsi bersertifikat NSA untuk keamanan dan perlindungan tambahan. Hal tersebut terintegrasi ke dalam kendaraan dalam pertempuran untuk mengirimkan suara, gambar dan data, jelasnya.
Dengan software programmable radio, masing-masing perangkat akan berfungsi baik sebagai radio dan router yang secara nirkabel mampu mengirimkan informasi melalui beberapa radio-bandwidth tinggi milik pemerintah. Beberapa bentuk gelombang ini termasuk Soldier Radio Waveform dan Jaringan gelombang Wideband yang direkayasa untuk secara nirkabel mengirimkan paket IP, gambar dan data di seluruh kekuatan tanpa perlu infrastruktur tetap seperti menara atau satelit.
Sebagai misal jika senjata anti-satelit menghancurkan atau menonaktifkan satelit AS, satelit komunikasi SatCom bisa terancam atau hancur. Dalam hal ini, pasukan operasional dalam pertempuran tetap perlu berkomunikasi guna berbagi informasi taktis dan berbagai komando dan kontrol dalam medan perang yang bergerak cepat.
Bagian penting dari alasan untuk teknologi baru ini adalah kemampuan untuk secara cepat merelay data penting dari kompi ke batalyon dan otoritas brigade.
Musuh potensial, seperti China dikenal mengembangkan apa yang disebut ASAT, atau anti-satelit, senjata yang dirancang untuk tujuan itu. Akibatnya, insinyur Angkatan Darat, ilmuwan dan ahli harus bekerja keras pada pengembangan teknologi yang mampu berfungsi di situasi tanpa satelit.
Hal ini sangat penting karena kekuatan teknologi pelacakan yang banyak digunakan, disebut Blue Force Tracker bergantung pada satelit untuk menyediakan ikon pada peta digital yang menampilkan informasi pertempuran, medan dan kekuatan.