Protes Senjata Boleh Masuk Kampus, Mahasiswa Texas Ramai-Ramai Bawa Alat Sex

Protes Senjata Boleh Masuk Kampus, Mahasiswa Texas Ramai-Ramai Bawa Alat Sex

Pada Senin 22 Agustus 2016, hakim federal menolak untuk larangan membawa senjata ke kelas. Hal ini pun memunculkan perlawanan oleh para pelajar.

Mereka akan ramai-rami membawa dan menampilkan alat peraga sexs sebagai bentuk protes.

Kampanye penolakan diberi nama ” Cocks Not Glocks”  diluncurkan oleh alumni University of Texas Jessica Jin. Penyelenggara telah mengumpulkan lebih dari 4.000 dildo dari sponsor untuk membagikan kepada siswa yang ingin menunjukkan alat ini dengan mencantelkan di tas sebagai protes.

“Ini merupakan representasi visual jika upaya melarang membawa senjata ke kelas benar-benar ditolak,”  kata Jin mengatakan kepada Observer, “Hal itu merupakan normalisasi lengkap budaya senjata.”

Kampanye ini bertujuan untuk menunjukkan absurditas karena membawa senjata di kelas tidak dilarang sementara  melarang membawa dildo.

Pada hari Selasa, kelompok ini telah mengadakan rapat umum di sekolah untuk membagikan mainan seks.

Kelompok ini juga mengadakan acara pada hari Senin, membagi-bagikan 500 alat kelamin palsu besar. Siswa diminta untuk membawa kartu identitas sekolah mereka ke Spider House Cafe dan Ballroom untuk menerima satu buah. Acara ini dijuluki, “Pre Come and get your COCK not Glock.”

Kampanye ini juga telah garis t-shirt dengan slogan-slogan seperti “take it and come,” yang merupakan plesetan dari slogan “come and take it” yang diusung para pendukung pembawa snejata

Hakim wilayah Amerika Serikat pada Senin menolak permintaan tiga guru besar universitas di Texas, yang ingin melarang senjata masuk kelas. Permintaan itu menindaklanjuti aturan negara bagian itu, yang membolehkan penggunaannya di kampus.

Ketentuan tersebut dijadwalkan berlaku pada bulan ini. Pengajar itu berdalih, kebebasan akademik akan terganggu oleh aturan “senjata di kampus”, yang didukung pemimpin politik Partai Republik di negara bagian tersebut.

Undang-undang tersebut mengizinkan pengguna berizin berusia 21 tahun ke atas membawa senjata ke kelas dan sarana lain di kampus.

Hakim Wilayah Distrik Lee Yeakel mengatakan, ketiga dosen “gagal menunjukkan bukti substansial terkait klaimnya,” seraya menolak mosi atau permintaan untuk melarang penggunaan senjata.

“Penentuan individu yang dapat membawa senjata di ruang akademik bukan kewenangan dewan kampus ataupun anggota legislatif Texas,” kata Yeakel.

Anggota parlemen dari Partai Republik mengatakan, membawa senjata di kampus dapat mencegah penembakan massal.

Pengajar Universitas Texas itu gagal melobi otoritas terkait untuk mencegah masuknya senjata dalam ruang kelas. Mereka berdalih, kombinasi antara anak muda, senjata, dan kehidupan kampus dapat berujung pada insiden mematikan.

“Seringkali, kebijakan publik yang ekstrem mesti dipertimbangkan lagi penerapannya oleh pengadilan,” kata Renea Hicks, pengacara dosen tersebut.

Hukum membawa senjata di kampus Texas berlaku pada 1 Agustus, bertepatan dengan peringatan 50 tahun insiden senjata mematikan di universitas tersebut.

 

Charles Whitman, seorang mahasiswa, pada 1 Agustus 1966 menembak mati 16 orang. Pelaku menyerang dari atas menara jam Universitas Texas, Austin, kampus negeri yang cukup terkenal di negara bagian itu.

Delapan negara bagian lain menerapkan hukum tersebut di kampus negeri, kata Konferensi Nasional Parlemen Negara Bagian, lembaga pendaftar produk hukum di wilayah tersebut.