Site icon

Transfer Nuklir AS dari Turki ke Rumania: Rumor Vs Realitas

Bom nuklir B61

Dalam beberapa hari terakhir muncul laporan yang belum dikonfirmasi mengenai pemindahan senjata nuklir milik Amerika dan NATO yang ada di Incirlik Airbase, Turki ke Rumania yang merupakan  anggota NATO sejak 2004.

Kabar ini hanyalah salah satu dari banyak cerita seputar dampak memburuknya hubungan antara Serikat dan anggota NATO, Turki.

Setelah kudeta yang gagal pada bulan Juli, Turki secara terbuka menuduh AS mendalangi percobaan penggulingan pemerintah. Meskipun demikian, pasukan AS terus beroperasi dari wilayah Turki, dan menurut laporan resmi, senjata nuklir Amerika tetap di Turki.

Tapi bagaimana kalau senjata ini memang sedang dipindahkan? Dan jika tidak ke Rumania seperti yang dibantah keras pejabat Rumania, negara NATO mana yang kemungkinan akan menerima? Dan jika mereka tidak dipindahkan, siapa yang memulai rumor ini dan apa maksudnya menyebar kabar tersebut?

Sharing Nuklir NATO

Amerika Serikat saat ini mempertahankan senjata nuklir di sejumlah negara NATO (Turki, Belgia, Italia, Jerman dan Belanda) di bawah program “nuclear sharing” atau “berbagi nuklir” yang telah dilakukan sejak Perang Dingin. Dampak dari program ini secara politik dan strategis signifikan.

Ada risiko dan tanggung jawab negara yang menjadi tuan rumah senjata nuklir AS, dan negara-negara yang berusaha untuk keluar dari program ini harus berjuang selama bertahun-tahun sebelum senjata ini akhirnya dihapus dari wilayah mereka.

Sebuah artikel Der Spiegel tahun 2009 berjudul, “Yankee Bombs Go Home: Foreign Minister Wants US Nukes out of Germany,”  menyoroti betapa sulit untuk bisa mengusir senjata nuklir ini dapat. Dan terbukti pada tahun 2016, senjata nuklir AS tetap berada di Jerman.

Menurut sebuah makalah yang dikeluarkan The Royal United Services Institute (RUSI) berjudul, “NATO’s Tactical Nuclear Dilemma” menyebutkan sejumlah alasan kenapa Amerika mempertahankan senjata nuklir di Eropa dan Turki yakni untuk memberikan aliansi NATO “kredibilitas” serta mencegah proliferasi nuklir baik di dalam NATO dan di luar kelompok itu.

Makalah ini menyebutkan bahwa penghapusan senjata nuklir dari Turki bisa memunculkan ketidakseimbangan wilayah strategis dan memacu proliferasi nuklir dari Iran ke Arab Saudi dan bahkan mungkin memaksa Turki sendiri untuk membuat senjata nuklir sendiri. Dalam hal Turki, makalah itu menyimpulkan bahwa mempertahankan senjata nuklir AS adalah hal yang diinginkan baik oleh Turki dan NATO.

Alasan Rumor

Berdasarkan makalah tahun 2010 tersebut maka menghapus senjata nuklir dari Turki  dan mentransfer ke Rumania memang merupakan hal yang serius. Rumor tentang pemindahan senjata bisa saja ditujukan untuk menekan Ankara agar membuat sejumlah konsesi mengenai berbagai proyek Amerika yang saat ini dilakukan di wilayah tersebut. Yang paling menonjol adalah keberlanjutan proxy war terhadap Suriah, Rusia dan Iran.

Kemungkinan lain untuk menambah kredibilitas klaim bahwa hubungan AS dan Turki memang tegang. Ini mungkin dianggap perlu mengingat kurangnya keterlibatan Turki terkait kehadiran AS dalam wilayahnya, serta di sepanjang perbatasan Turki-Suriah.

Senjata nuklir AS yang ditempatkan di Turki dan di seluruh Eropa selalu agak tertutup. Kerahasiaan ini membuat rumor mengenai senjata nuklir dan potensi gerakan mereka dari Turki ke Rumania menjadi sangat menarik dalam hal konsesi geopolitik dan memanipulasi persepsi publik AS karena mereka sulit untuk mengkonfirmasi atau menyangkal.

Rumor Vs Realitas

Tapi terlepas dari rumor tersebut, harus dilihat juga bagaimana realitas hubungan AS-Turki di lapangan saat ini baik di Pangkalan Udara Incirlik atau  di kompleks yang lebih luas dari kegiatan Amerika di Ankara. Fakta yang ada berbagai kegiatan diplomatik, politik dan militer diselenggarakan di sepanjang perbatasan Turki-Suriah di mana pasukan AS dan berbagai proxy bersenjata masih beroperasi.

Ketika Ankara mulai mengambil langkah-langkah konkret untuk benar-benar mengakhiri perang di Suriah, seperti memotong jalur pasokan untuk militan yang selama bertahun-tahun didukung Amerika, Eropa, dan Teluk Persia, mengakibatkan runtuhnya pasukan militan khususnya di Idlib dan di sekitar Aleppo. Hal ini mungkin menjadi dorongan untuk menjadikan prospek mentransfer senjata nuklir AS keluar dari Turki lebih bisa dipercaya.

Demikian juga, keetika Turki mulai secara bertahap menghapus kehadiran militer dan personil diplomatik AS yang besar di wilayahnya ke tingkat yang lebih proporsional dengan melibatkan  negara-negara anggota non-NATO, gagasan AS untuk memindahkan senjata nuklirnya juga bukan hal yang tidak mungkin.

Namun, jika Turki melakukan semua langkah ini, tetap saja tidak akan mudah untuk segera melaksanakan pemindahan senjata nuklir.

Hubungan AS-Turki telah melewati sejarah panjang dan ditempa selama Perang Dingin. Dan butuh langkah-langkah kecil dan sulit untuk memulai, langkah-langkah yang lebih besar seperti mentransfer senjata nuklir dan mengubah geopolitik dan strategis seluruh wilayah akan jauh lebih sulit.

Dengan pemikiran ini, kita harus mempertimbangkan rumor tersebut kemungkinan sebagai alarm, dan bahkan lebih mungkin dimaksudkan untuk memanipulasi persepsi publik agar percaya hubungan buruk antara Turki dan Amerika Serikat lebih besar daripada yang sebenarnya.

Terlepas dari itu, ketika benar-benar dimasukkan ke dalam perspektif ini, kemungkinan AS mentransfer senjata nuklir dari Turki ke Rumania hanya sebatas rumor.

Diambil dari Ulson Gunnar, seorang analis geopolitik berbasis di New York dan penulis untuk majalah online “New East Outlook”.

Exit mobile version