Rusia dilaporkan secara mendadak telah menghentikan penggunaan lapangan udara Hamadan di Iran untuk misi serangan terhadap ISIS dan kelompok lain di Suriah. Iran mengatakan bahwa penggunaan pangkalan militer oleh asing tidak dibenarkan, tetapi Rusia menyebut alasan tersendiri.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan kekuatan mereka ditarik dari Hamadan karena pesawat Rusia yang terlibat dalam serangan udara terhadap ISIS dianggap telah berhasil menyelesaikan tugas mereka.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan Senin 22 Agustus 2016 penggunaan lebih lanjut dari lapangan udara Hamadan untuk misi anti-teroris Rusia di Suriah akan dilakukan sejalan dengan perjanjian bilateral dengan Republik Islam dan perkembangan di lapangan.
“Pesawat militer Rusia yang mengambil bagian dalam operasi melakukan serangan udara dari pangkalan udara Hamadan Iran pada sasaran teroris di Suriah telah berhasil menyelesaikan semua tugas. Saat ini, semua pesawat Pasukan Aerospace yang terlibat dalam misi telah ditarik ke Rusia,” katanya kepada wartawan sebagaimana dikutip Sputnik.
“Terus menggunakan pangkalan udara Hamadan di Republik Islam Iran oleh Pasukan Aerospace Rusia akan dilakukan atas dasar kesepakatan bersama untuk memerangi terorisme dan tergantung pada situasi yang berlangsung di Suriah,” kata Konashenkov.
Sebelumnya kementerian luar negeri Iran mengatakan bahwa penggunaan pangkalan itu oleh Rusia telah berakhir.
“Rusia tidak memiliki pangkalan di Iran dan tidak dikerahkan disini. Mereka melakukan [operasi] ini dan telah berakhir unuk saat ini,” kata Bahram Qasemi kepada kantor berita Tasnim.
Pada pekan lalu, sejumlah pesawat pengebom milik Rusia, Tupolev-22M3 dan Sukhoi-34, menggunakan pangkalan udara Nojeh, dekat kota Hamadan, Iran barat laut, untuk melancarkan serangan udara terhadap sejumlah kelompok bersenjata di Suriah.
Itu pertama kali kekuatan asing menggunakan pangkalan udara Iran sejak Perang Dunia Kedua. Rusia dan Iran memberikan bantuan militer penting kepada Presiden Bashar al-Assad untuk melawan pemberontak dan petempur garis keras dalam perang Suriah, yang telah berjalan lima tahun itu.
Sejumlah anggota parlemen Iran menyebut gerakan itu sebagai kebocoran undang-undang dasar Iran, yang melarang “pembentukan pangkalan militer asing apa pun di Iran, meskipun untuk tujuan perdamaian”.
Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehghan menyangkal kritikan itu namun juga menyinggung Moskow karena menginformasikan gerakan itu, dan menyebutnya sebagai pamer dan “penghianatan kepercayaan”.
“Kami tidak memberikan pangkalan militer apapun kepada pihak Rusia dan mereka tidak ada di sini untuk tinggal,” kata Dehghan seperti dikutip kantor berita Fars pada Minggu malam.
Dia mengatakan bahwa “tidak ada perjanjian tertulis” antara kedua negara dan “kerja sama operasional” hanya berlaku sementara dan terbatas untuk melakukan pengisian bahan bakar semata.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada minggu lalu menyebut gerakan itu “disayangkan namun tidak mengejutkan” dan mengatakan bahwa mereka mempelajari apakah itu melanggar resolusi 2231 dari Dewan Keamanan PBB, yang melarang penyediaan, perdagangan dan pemindahan pesawat tempur ke Iran.