
Rusia hanya mempertahankan satu batalion aktif dengan delapan 2S4 dalam pelayanan, dengan lebih dari empat ratus beada dalam cadangan. Pada tahun 2000, Tyulpans memainkan peran penting dalam pengepungan Grozny dalam perang Chechnya kedua yang secara sistematis “meratakan” kota dari jauh.
Sebanyak 127 target dilaporkan hancur oleh tembakan Daredevil. Total tentara Rusia diklaim telah membunuh 1.500 pejuang separatis di Grozny dalam pengepungan yang diyakini telah menewaskan warga sipil yang jumlahnya mencapai 16 kali dari pemberontak.
Tidak seperti sistem artileri Rusia lainnya, 2S4 itu tidak diekspor dalam Pakta Warsawa, dengan pengecualian dari sejumlah kecil kendaraan singkat melayani di tentara Ceko.
Anehnya, 2S4 terlihat di Ukraina pada Juli 2014. Setidaknya empat mortir dilaporkan digunakan untuk mendukung separatis.
Tyulpans juga menjadi teror ketika pengepungan dua titik penting yakni bandara Luhansk dan Donetsk pada tahun 2014. Pemboman meruntuhkan terminal bandara, memaksa pasukan Ukraina mundur dari posisi yang telah dipertahankan selama satu bulan.
Menteri Pertahanan Ukraina Valery Gelety bahkan awalnya mengklaim pada September bahwa 2S4 telah melabrak bandara Luhansk dengan senjata nuklir taktis. Dia kemudian menyatakan bahwa hal itu mengacu kemampuan kendaraan menyebarkan senjata nuklir.
2S4 tidak memiliki tandingan setara di militer Barat. Hal ini karena tugas utama menghancurkan target keras akan dilakukan dari udara menggunakan amunisi presisi-dipandu seperti JDAM. Tentu saja, keuntungan dari sistem berbasis darat adalah mereka dapat menembakkan secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan kemampuan untuk beroperasi ketika kekuatan udara tidak tersedia.
Sayangnya, karakteristik praktis juga telah memungkinkan penggunaan mortir M240 akan membawa korban sipil.
Wartawan Paul Conroy yang ada saat pengepungan Homs mengatakan “Aku berbaring di sana dan mendengarkan salvo dari tiga mortir tersebut diluncurkan pada suatu waktu, 18 jam sehari, selama lima hari”
Sumber: War is Boring