Self-propelled heavy mortar carriers dioperasionalkan oleh hampir semua angkatan darat modern. Dipasang pada kendaraan lapis baja ringan, senjata ini dapat memberikan pemboman berat dan cepat dengan shell 120 milimeter.
Angkatan Darat Amerika Serikat menempatkan meriam 120-milimeter di kendaraan roda Strykers (M1129) dan kendaraan tracked M113 (disebut sebagai M1064). Sementara Rusia menempatkan self-propelled 120 milimeter yang dikenal sebagai 2S9 NONA.
Tetapi Rusia juga menempatkan mortir raksasa 240 milimeter yang dikenal sebagai 2S4 Tyulpan (Tulip) yang menjadi sistem mortar terbesar yang digunakan saat ini
Pertanyaannya kenapa mempekerjakan mortar raksasa dengan kisaran yang relatif pendek?
Ada sejumlah jawaban dari pertanyaan itu. Pertama digunakan untuk menghancurkan benteng dan posisi defensif yang keras. Benteng Israel di Dataran Tinggi Golan dan Terusan Suez, gua mujahidin di Afghanistan, dan bandara yang dipertahankan oleh Angkatan Darat Ukraina semuanya telah terkena mortir M240.
Jawaban kedua adalah untuk menghancurkan kota. Bangunan apartemen di Grozny, Beirut dan Homs telah menjadi korban dari senjata ini.
Kita akan membahas bagaimana keangkeran dari 2S4 ini dengan melihat pada kendaraan dan senjata utamanya.
Dengan berat 30 ton 2S4 yang membawa mortar berat M240 dipasang pada chassis kendaraan tracked GMZ yang digunakan dalam berbagai sistem senjata self-propelled lainnya. Memiliki sembilan awak (empat operator kendaraan dan lima penembak) dilindungi hingga dua puluh milimeter lapis baja yang akan mampu mengadang serangan senjata kecil dan pecahan mortar. Setiap tembakan membuat seluruh kendaraan seperti lonceng raksasa.
Kendaraan ini dapat menembakkan proyektil F864 221 pound yang memiliki daya ledak tinggi. Dengan dibantu roket proyektil bisa menjangkau hingga dua puluh kilometer. Namun, tingkat tembakan M240 hanya satu tembakan per menit.
Tidak seperti tembakan dari howitzer, mortir terjun ke bawah pada lintasan vertikal sehingga efektif untuk melintas dinding benteng, di sisi yang jauh dari pegunungan dan menusuk melalui atap bangunan.
Mortir M240 dapat menembakkan berbagai tembakan dengan tujuan khusus. Concrete-piercing shells dirancang untuk menghancurkan bunker, sementara proyektil pembakar Sayda untuk membakar bangunan. Sebuah shell 3B11 nuklir juga ada. 2S4 ditempatkan di brigade artileri nuklir tingkat tinggi selama Perang Dingin.
Baru-baru ini, di Suriah teridentifikasi keberadaan mortar M240 yang menembakkan amunisi tandan. Sebuah 3O8 Nerpa shell cargo diidentifikasi menghantam sebuah sekolah di sesi di pinggiran kota Damaskus.
2S4 juga dapat menembakkan Smel’chak (Daredevil) shell 276-pound, yang dipandu oleh laser yang terpisah. Sedikit informasi di Afghanistan menggambarkan menggunakan Smel’chak untuk menjatuhkan morir tepat di atas dinding benteng dan pintu masuk gua yang diperkuat.
Tembakan Daredevil menawarkan kemampuan yang signifikan untuk mencapai target poin setelah satu atau dua tembakan, meskipun sistem penargetan membutuhkan kondisi atmosfer yang optimal.
Tentara Suriah saat ini menggunakan mortar M240 towed atau diderek untuk mengepung kota yang dikuasai pemberontak. Senjata ini dilaporkan digunakan secara membabi buta di kota Homs yang sempat mendapat perhatian media yang luas pada tahun 2012. (Klaim bahwa kendaraan 2S4 yang digunakan tampak tidak akurat.)
Sebelumnya, mortir ini juga menjadi momok menakutkan karena membunuh ratusan orang ketika membombardir Beirut selama tahun 1980 ketika mortar bisa menembus atap beton yang digunakan oleh bangunan di kot tersebut. Mesir juga dipercaya untuk mempertahankan M240 towed .